Advertorial

Mengenang 22 Tahun Tragedi Trisakti, Sebenarnya Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998?

Mentari DP

Editor

Intisari-Online.com - Pada 22 tahun lalu, tepatnya 12 Mei 1998, terjadi peristiwa mencekam di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Saat itu, mahasiswa melakukan demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto.

Dan mengakibatkan empat mahasiswa tewas dalam penembakan dankorban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Kejadian ini lantas menjadi awal hingga memaksaPresiden Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998.

Baca Juga: Demi Kurangi PHK, Pemerintah Izinkan Warga Usia 45 Tahun ke Bawah Beraktivitas Kembali, Tapi Ada Syaratnya

Lalu, apa yang terjadi pada 12 Mei 1998 itu?

Demonstrasi mahasiswa di Universitas Trisakti merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998.

Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak Soeharto diangkat menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.

Jika sebelum Sidang Umum MPR pada 1-11 Mei 1998 aksi mahasiswa digelar di dalam kampus, saat sidang itu digelar mahasiswa mulai bergerak ke luar kampus.

Dikutip dari dokumentasi Kompas, di sela sidang, pada 5 Maret 1998, sekitar 20 mahasiswa Universitas Indonesia bahkan pernah bertemu Fraksi ABRI untuk menyuarakan penolakan laporan pertanggungjawaban Soeharto.

Baca Juga: Terjadi Lagi, Puluhan Orang Dikarantina Setelah Shalat Berjamaah, Ternyata Kakek yang Jadi Imam Shalat Positif Covid-19

Meski demikian, tuntutan itu sebatas didengarkan dan tidak dipenuhi.

Setelah Soeharto terpilih kembali, aksi mahasiswa mulai dilakukan di luar kampus.

Aksi di kampus Trisakti pada 12 Mei 1998 tercatat sebagai salah satu demonstrasi mahasiswa terbesar yang dilakukan di luar kampus.

Posisi kampus yang strategis, dekat dengan kompleks gedung DPR/MPR, menjadikan Universitas Trisakti menjadi titik berkumpul mahasiswa dari berbagai kampus.

Kompas mencatat, aksi itu dimulai sekitar pukul 11.00 WIB.

Agenda aksi saat itu termasuk mendengarkan orasi Jenderal Besar AH Nasution, meski kemudian tidak jadi datang.

Orasi pun dilakukan para guru besar, dosen, dan mahasiswa.

Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta aksi mulai keluar kampus dan tumpah ruah di Jalan S Parman.

Mereka hendak long march menuju gedung MPR/DPR di Senayan.

Barisan depan terdiri dari para mahasiswi yang membagi-bagikan mawar kepada aparat kepolisian yang mengadang ribuan peserta demonstrasi.

Negosiasi pun dilakukan. Pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo, dan Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A Amril sepakat bahwa aksi damai hanya bisa dilakukan hingga depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat, sekitar 300 meter dari pintu utama Trisakti.

Berdasarkan kesepakatan itu, mahasiswa melanjutkan aksi dengan menggelar mimbar bebas menuntut agenda reformasi dan Sidang Istimewa MPR.

Baca Juga: Warga Jakarta yang Tak Pakai Masker Saat Keluar Rumah Akan Didenda Rp250.000, Jika di Filipina Sudah Ditembak Mati!

Aksi berjalan hingga pukul 17.00 WIB, tanpa ketegangan yang berarti. Saat itu, sebagian peserta aksi juga mulai masuk ke dalam kampus.

Akan tetapi, justru saat 70 persen mahasiswa sudah masuk ke dalam kampus, terdengar letusan senjata dari arah aparat keamanan.

Sontak, massa aksi yang panik kemudian berhamburan, lari tunggang langgang ke dalam kampus.

Ada juga yang melompati pagar jalan tol demi keselamatan diri. Setelah itu, aparat keamanan bergerak dan mulai memukuli mahasiswa.

Perlawanan dilakukan, mahasiswa mulai melempar aparat keamanan dengan benda apa pun dari dalam kampus.

Dihujani peluru tajam

Penembakan terhadap mahasiswa diketahui tidak hanya berasal dari aparat keamanan yang berada di hadapan peserta demonstrasi.

Dalam berbagai dokumentasi televisi, terlihat juga tembakan yang dilakukan dari atas fly over Grogol dan jembatan penyeberangan.

Aparat keamanan tidak hanya menembak dengan menggunakan peluru karet.

Pihak kampus pun menemukan adanya tembakan yang terarah, dengan menggunakan peluru tajam.

"Kita sudah bilang aparat jangan represif, tapi kok seperti ini."

"Mahasiswa saya ditembaki dengan peluru tajam, dan itu berlangsung di dalam kampus," ujar Adi Andojo yang juga menjadi Ketua Krisis Centre Universitas Trisakti.

Baca Juga: Hati-hati, Minum Teh Saat Sahur dan Buka Puasa Bisa Timbulkan Penyakit Berbahaya Ini

"Padahal seharusnya ada prosedurnya. Kok ini tiba-tiba pakai peluru tajam, dan mereka (mahasiswa) sudah berada di dalam kampus."

"Padahal mahasiswa tidak melawan, tidak melempar batu, dan tidak melakukan kekerasan."

"Mahasiswa saya itu sudah berangsur-angsur pulang ke kampus," kata Adi.

Wakil Ketua Komnas HAM Marzuki Darusman yang hadir di kampus Trisakti pun menyatakan adanya serangan terhadap kemanusiaan dalam menangani aksi massa.

Mahasiswa yang menjadi korban penembakan kemudian dilarikan ke sejumlah rumah sakit terdekat, terutama RS Sumber Waras.

Suasana memilukan begitu terasa di Unit Gawat Darurat RS Sumber Waras. Rasa cemas, sedih, takut, serta marah begitu terasa.

Dalam jumpa pers yang dilakukan, pihak kampus menyatakan ada enam korban tewas, yang beberapa hari kemudian dipastikan ada empat mahasiswa Trisakti yang menjadi korban.

Empat mahasiswa tewas dalam penembakan adalahElang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie.

(Bayu Galih)

(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "20 Tahun Tragedi Trisakti, Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998 Itu?")

Baca Juga: Semakin Panas, China Siap Hadapi AS, 'Kami Punya 100 Rudal Antarbenua yang Bisa Hancurkan Amerika dalam Sekejab'

Artikel Terkait