Intisari-Online.com- Berkembangnya teknologi tank dengan pergerakan yang semakin cepat sekaligus memunculkan ide untuk melemahkannya.
Salah satu ide yang muncul yakni dengan menumbuhkan penghalang-penghalang dari bawah tanah.
Penghalang ini pertama kali digunakan selama Perang Dunia II, terutama di Eropa, dan disebut sebagai Gigi Naga.
Mereka adalah benteng piramida yang terbuat dari beton dan disusun dalam baris yang tidak teratur.
Tujuannya adalah untuk memperlambat pergerakan tank atau menggirin tank ke zone di mana tank dapat dihancurkan.
Jerman memanfaatkan Gigi Naga secara luas dengan jarak ratusan kilometer serta pembangunan rintangan lainnya di Jalur Siegfried dan Tembok Atlantik.
Gigi Naga juga dikembangkan di negara-negara lain seperti misalnya Prancis dalam pembangunan Jalur Maginot.
Atau juga Inggris yang membuat Gigi Naga dalam persiapan menyambut invasi Jerman.
Pembangunan Gigi Naga biasanya mencapai 4 atau 5 baris dengan jarak di antaranya sekitar 2 meter.
Untuk satu 'gigi' sendiri terkadang dibuat setinggi 90 hingga 120 cm, tergantung pada model yang tepat.
Guna lebih mempersulit musuh, di antara gigi-gigi itu juga terkadang dipasang ranjau darat.
Namun, dalam pertempuran, Gigi Naga terbukti jauh kurang efektif dan dengan mudah dapat dihancurkan dengan kendaraan khusus.
Namun, jika dikerahkan dalam jumlah yang tepat, (ribuan misalnya) mereka nampaknya dapat mengulur pasukan musuh untuk beberapa waktu.
Karena dibangun dalam jumlah besar, ribuan Gigi Naga bahkan masih bisa dilihat hari ini.
Baca Juga:Sering Dianggap Mitos, 'Naga' Ini Ditemukan di China dalam Bentuk Fosil
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari