Advertorial

Dari Tentara Cantik Yunani anti-Nazi di Perang Dunia II Sampai Milisi Kurdi di Suriah yang Bikin ISIS Takut, Ini Dia Sederet Wanita Tangguh nan Cantik dalam Pertempuran

May N

Editor

Intisari-online.com - Militer dan perang diidentikkan dengan tentara pria.

Sementara tentara wanita, meski ada, jarang diberi peranan kunci dalam peperangan atau jabatan elit di militer.

Namun sederet nama ini akan memukau Anda dengan kehebatan dan ketangguhan mereka.

Mereka adalah pejuang gerilya yang berani tembakkan senjata anti-pesawat di perang Vietnam.

Baca Juga: Tak Terduga, Bukan di Wuhan atau AS, Sarang Virus Corona Terbesar Dunia Ternyata di Lokasi Ini, Ahli Menyebut: Sebaiknya Kita Tidak Main-Main

Juga milisi Kurdi Suriah yang bisa sampai buat ISIS kocar-kacir.

Langsung saja, berikut adalah cerita ketangguhan tentara wanita yang tidak akan terlupakan oleh dunia.

Saat tentara wanita perang Vietnam operasikan senjata anti-pesawat untuk lindungi Teluk Tonkin di Vietnam Utara dan pejuang gerilya wanita susupi lebatnya hutan pegunungan taman nasional Central Highlands, wanita Amerika dijauhkan dari perang Vietnam.

Baca Juga: Masih Nekat ke Pasar Demi Lebaran di Tengah Pandemi Covid-19? Penelitian Terbaru Buktikan Bahwa Itu Tak Ubahnya 'Bunuh Diri', Pantas Indonesia 'Pecah' Rekor!

Wanita Amerika tidak diperlukan untuk berperang karena yang diperlukan negara tersebut adalah suplai tentara pria tanpa henti untuk dikirim dalam konflik di negara Asia Tenggara tersebut.

Nyatanya Amerika tidak sendirian saat itu, banyak negara lain yang belum merekrut tentara wanita untuk berperan dalam perang.

Selama berabad-abad wanita dianggap tidak cakap terjun dalam pertempuran.

Kondisi tersebut tentunya sangat berbeda dengan saat ini di mana banyak sekali tentara wanita di militer.

Baca Juga: Alasan di Balik Ratusan Tenaga Medis yang Dipecat dari Rumah Sakit di Tengah Pandemi Corona: 'Kita Kan Lagi Perang Menghadapi Covid-19'

Bahkan di Israel, saat mandat wajib militer diperuntukkan untuk dua jenis kelamin, masih ada keraguan untuk mengirim tentara wanita ke garis depan.

Pada tahun 2014, pasukan pertahanan Israel akui jika tentara wanita yang ikut perang masih kurang dari 4 persen.

Presentase yang kecil tersebut juga ditugaskan sebagai posisi "tentara cadangan".

Australia baru mengangkat larangan bergabungnya wanita dalam tentara militer pada tahun 2013.

Baca Juga: Baru Lahir Dua Hari, Bayi di Negara yang Dikabarkan Masih 'Bersih' Corona Ini Meninggal Dunia Setelah Lahir Dengan Kondisi Mengenaskan

Sementara Inggris lebih lambat lagi yaitu pada 2016.

Pada Mei 2019, Pasukan Angkatan Udara Inggris atau British Special Air Service (SAS) merekrut tentara wanita pertama.

Dan tahun ini, Kapten Rosie Wild adalah wanita pertama yang lolos seleksi Resimen Parasut Inggris yang melelahkan.

Mirisnya, bahkan walaupun mereka sudah direkrut, tentara wanita dapat diperlakukan dengan sia-sia.

Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Seluruh PNS Indonesia, Gaji ke-13 Lebih Besar dari THR dan Kepastian Pencairannya Akan Dibahas di Bulan ini

Contoh naas adalah di Indonesia, yang terapkan tes keperawanan dalam perekrutan tentara wanita yang masih diterapkan sampai sekarang.

Di sebagian besar dunia, ide mengakar tentang peran perempuan sangat lambat untuk dipecah.

"Gagasan pengasuh wanita mungkin kehilangan relevansi hari ini, seperti halnya pelindung pria, tetapi peran gender ini masih terus berubah," ujar Sarjana Keadilan Sosial dan Sejarawan Dr Jessica Frazier dari University of Rhode Island, Amerika Serikat.

Tentara wanita kalah dari tentara pria dari segi jumlah dan otoritas yang mereka kuasai.

Baca Juga: Waspadalah, BMKG Mendeteksi Adanya Tanda Peristiwa Alam yang Berdampak pada Cuaca Ekstrem, 6 Wilayah Ini Diminta Waspada Angin Kencang hingga Banjir Bandang

"Wanita diharapkan menjadi sosok istri yang baik dan ibu yang menghasilkan keturunan baru dan mengasuh tentara pria," ujar Dr. Ali Bilgic, pengajar di Hubungan Politik dan Internasional Loughborough University di Inggris.

"Banyak negara demokratis Barat yang terlambat libatkan wanita di militer."

Wanita, tambahnya, telah secara turun-temurun diharapkan menjadi sosok "emosional, melindungi, pasif, lokal dan tidak berkepentingan".

Namun beberapa kali, ketika diperlukan bantuan untuk lindungi negara sendiri melawan serangan asing, wanita telah sigap mengambil senjata.

Baca Juga: Teka-Teki Gambar Hewan Ini Bisa Ungkap Kepribadianmu, Yuk Mainkan!

Sarika Yehoshua, atau Sara Fortis, direkrut dan memimpin kompi tentara sejumlah kecil wanita untuk melawan pasukan Jerman yang menginvasi Yunani pada Perang Dunia II.

Mereka gunakan taktik menyebar untuk menarik pasukan Jerman menjauh dari area yang sudah direncanakan akan diserang Jerman.

Menurut Yayasan Pendidikan Partisan Yahudi, wanita muda Yunani membakar rumah, membunuh kolabolator Nazi dan membantu kolega pria mereka dengan misi yang biasanya dilakukan oleh tentara pria.

Baca Juga: Misteri 'Black Goo' Cairan HItam yang Melapisi Mumi 'Elit' Mesir Kuno Terungkap, Terbuat dari Beragam Bahan, Tujuan Pemakaiannya Berkaitan dengan Kepercayaan akan Dewa

Nazi kirimkan informan untuk menangkap Yehoshua, tetapi ternyata sepupunya yang ditangkap, diperkosa dan dibunuh.

Atas hal itu Yehoshua kemudian melacak informan tersebut kemudian membunuhnya.

Di sisi lain Eropa, dalam perang yang sama, pasukan Penyihir Malam Uni Soviet kobarkan pertempuran ganas di udara.

Mereka disuplai dengan pesawat kayu dan kanvas yang tipis.

Baca Juga: 5 Tips Memilih Laptop untuk Belajar dan Bekerja, Pemula Wajib Tahu Nih!

Penyihir Malam adalah pasukan wanita Soviet yang lakukan pemboman dari udara pada malam hari.

Teknik mereka untuk meluncur diam-diam dan tidak terdeteksi mendekati target mereka disamakan oleh Nazi dengan karya penyihir pada sapu terbang.

Dari sebutan itulah mereka mendapat nama mereka.

Strategi berisiko tetapi efektif yang mereka lakukan membuat wanita-wanita ini mendapat gelar "Pahlawan Uni Soviet".

Baca Juga: Diklaim sebagai 'Zona HIjau', Pemkot Bekasi Percaya Diri Izinkan 38 Kelurahannya Gelar Shalat Idul Fitri, Epidemiolog Beri Peringatan!

Selanjutnya ada Pasukan Pelindung Wanita (YPJ), milisi Kurdi yang semuanya wanita yang telah berperang di perang sipil Suriah.

Mereka digambarkan sebagai "para wanita yang buat takut ISIS".

Pada Agustus 2017 diperkirakan ada setidaknya 20 ribu wanita di YPJ.

Mereka telah mencuri perhatian internasional atas pematahan stigma pembatasan gender di belahan bumi yang masih sangat tradisional.

Rupanya tentara wanita memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh tentara pria.

Mereka yang memiliki trauma perang akan berbicara kepada wanita lain, walaupun mereka ada di militer, ketika mereka tidak berbicara kepada para pria.

Tentara wanita juga bisa kunjungi tempat-tempat di mana tentara pria dilarang.

Baca Juga: Diyakini Sebuah Planet Baru Telah Lahir, Begini Pengamatan Para Ilmuwan terhadap 'Planet Bayi' Menakjubkan yang Terlahir di Galaksi Jauh

Mereka juga bisa lebih berkompromi dan tawarkan solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, daripada secara barbar mengangkat senjata mereka dan mulai berperang.

"Militer yang bolehkan wanita mengambil peran baru dalam unit militer khusus seperti unit khusus wanita Amerika di Afghanistan yang mampu masuki area khusus wanita dan berbicara kepada komunitas lokal untuk mendapatkan informasi, jelas-jelas menguntungkan bagi militer.

"Termasuk keuntungan kemungkinan mereka bisa mengakhiri konflik," ujar Frazier.

Pejuang tentara wanita Vietnam telah berperan penting dalam perang Vietnam.

Setidaknya ada 45 ribu wanita dan pria Vietnam meninggal mempertahankan terowongan Cu Chi, jaringan bawah tanah kota Ho Chi Minh City.

Dan wanita sangat diperlukan dalam upaya pertahanan tersebut.

Kecil dan tangkas, wanita dapat bergerak cepat lewati jalanan sempit.

Tentara wanita Vietnam juga terkenal karena kemampuan mereka dalam menanam bom dan kekejaman mereka dalam peperangan.

Baca Juga: Beda Jauh, Jika Indonesia Punya 973 Kasus Baru dalam 24 Jam, Brunei Malah 0 Kasus Baru Selama 12 Hari, dan Singapura Hanya Punya 22 Kasus Kematian

Tentara wanita tersebut tergerak oleh semangat patriotisme, sedangkan sebagian besar pejuang perang Vietnam berperang dengan cara disusun atau terpaksa.

"Penting untuk diingat bahwa bagi Republik Demokratik Vietnam (DRV), nama resmi mereka dari Korea Utara, tentara wanita cocok untuk tujuan propaganda mereka," jelas Frazier.

"Tentara wanita menjadi simbol persamaan antara pria dan wanita di Vietnam Utara dan di bawah komunisme.

Salah satu sosok yang terkenal adalah Trinh Kim Vinh yang berperan dalam perjuangan Vietnam dalam kedua perang negara tersebut di abad 20.

Ia bertekad mengkonfrontasi bahaya meskipun usianya masih muda saat perang Indochina Pertama, perang melawan koloni Perancis di Indochina.

Keberaniannya kemudian membawanya ke perang Vietnam, atau perang Amerika saat ia bergabung operasi susur hutan untuk membuat sketsa para tentara.

Pasalnya, ia memang memiliki profesi sebagai pelukis perang di bawah arahan departemen Vietnam Fine Arts College.

Baca Juga: Terjadi Lagi, Baru Saja Sekolah Kembali Dibuka, 2 Siswa Langsung Positif Virus Corona, 75 Sekolah Langsung Pulangkan Guru dan Siswanya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait