Advertorial

Kabar Baik, Selama Ini Ditunggu-tunggu Indonesia Akhirnya Ciptakan Obat Virus Corona, Dan Siap Dibagikan Pada Agustus Mendatang

May N

Editor

Intisari-online.com - Melansir Tribun Aceh, Indonesia telah siapkan obat virus Corona.

Bahkan, obat ini disebut akan dibagikan pada Agustus mendatang.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkap, pemerintah sedang membuat obat corona atau Covid-19.

Rudiantara menjelaskan, hasil penelitian terhadap obat corona ini nantinya paling lambat awal Agustus 2020 sudah bisa keluar.

Baca Juga: Data China bocor, Kebohongan Tiongkok Soal Jumlah Korban Covid-19 kembali Terbongkar, Inilah Fakta Terbarunya: Ratusan Ribu Lebih Banyak?

"Mudah-mudahan nanti paling lama akhir Juli atau awal Agustus itu sudah keluar hasilnya," ujarnya saat teleconference, Sabtu (16/5/2020).

Saat ini, lanjutnya, pemerintah sedang proses uji klinik di rumah sakit di Indonesia atas kandidat obat Covid-19 dengan bukan kategori sintesis melalui resep dokter.

"Memang bukan yang sintetis, sintetis nanti kan harus pakai resep dokter.

Mohon maaf kalau bisa misalkan seperti Panadol yang bisa dibeli di warung, di toko-toko, dan tidak perlu pakai resep," kata Rudiantara.

Baca Juga: Gegerkan Warga, Sungai di Israel Mendadak Berubah Menjadi Merah Darah Seperti Wabah Darah di Mesir, Terungkap Ternyata dari Sinilah Darah Tersebut Mengalir

Kendati demikian, meski obat corona nantinya sudah ada juga tidak menghilangkan kemungkinan orang terkena virus tersebut, kecuali sudah ada vaksin.

"Kecuali sudah ada vaksin dan waktunya dikatakan tahun 2021, itupun kemudian akhir tahun.

Artinya apa? Selama rentang waktu yang kosong itu, cari cara lain ini," pungkasnya.

Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kemungkinan virus Corona (Covid-19) tidak akan pernah punah atau hilang dan penduduk dunia harus belajar untuk berdamai dengannya.

Baca Juga: Inilah yang Terjadi Pada Pasien Infeksi Virus Corona yang Alami Gejala Sampai Berminggu-minggu, Kondisinya Menakutkan

"Virus ini kemungkinan hanya menjadi endemi dalam masyarakat kita, dan virus ini kemungkinan tidak akan pernah hilang," ujar Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan.

"Layaknya HIV belum juga hilang--tapi kita telah menerima dan berdamai dengan virus itu," ucap Ryan.

Virus Corona pertama kali muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu dan hingga kini telah menjangkiti lebih dari 4.200.000 orang dan memakan korban jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia.

"Kita memiliki virus baru memasuki populasi manusia untuk pertama kalinya dan oleh karena itu, sangat sulit untuk memprediksi kapan kita akan menaklukannya," kata Ryan.

Baca Juga: Indonesia Terlanjur Borong Su-35, China Malah Ungkap Kekecewaannya Gunakan Jet Tempur Tersebut

Sejumlah negara mulai secara bertahap melonggarkan pembatasan lockdown yang diterapkan guna membatasi penyebaran Covid-19.

Namun WHO memperingatkan, virus Corona mungkin tidak akan pernah hilang seluruhnya.

WHO menegaskan, tidak ada cara untuk menjamin melonggarkan pembatasan tidak akan memicu gelombang kedua infeksi virus corona.

"Banyak negara yang ingin keluar dengan berbagai langkah," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Baca Juga: Selama 20 Menit Gunakan Bubur Beras Sebagai Masker Wajah, Inilah Perubahan Menakjubkan pada Kulit Wanita Ini Setelahnya

"Tapi rekomendasi kami masih sama yakni kewaspadaan di negara manapun harus berada pada tingkat tertinggi," lanjutnya.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam mengungkapkan pandemi corona memicu perkembangan riset di perguruan tinggi.

Perkembangan riset tersebut mencakup alat-alat kesehatan yang dibutuhkan untuk penanganan pandemi corona.

"Peralatan-peralatan kesehatan yang selama ini pemenuhannya melalui impor, ternyata bisa kita produksi sendiri," ujar Nizam.

Baca Juga: Kepala Anjing yang Terputus, Otak Babi, dan Monyet dalam Kandang Sempit: Video Horor Memperlihatkan Pasar Hewan Liar yang Masih Aktif

Pelaksanaan riset yang sebelum masa pandemi dapat memerlukan waktu hingga bertahun-tahun, saat ini dapat dikembangkan dalam waktu pendek.

Nizam mengungkapkan perguruan tinggi melakukan berbagai kolaborasi riset untuk pemenuhan berbagai perlengkapan medis yang sangat dibutuhkan untuk penanganan pandemi Covid-19.

"Kita mendorong perguruan tinggi untuk melakukan riset terapan baik itu APD maupun alat-alat kesehatan, obat-obatan. Dan kita bersinergi dengan Kemenristek," ucap Nizam.

Hasil dari riset dan pengembangan perguruan tinggi adalah pembuatan ventilator untuk pasien corona.

Baca Juga: Kisah Tragis Milyader Berharta Rp419 Miliar, Hartanya Ludes Hingga Jadi Gelandangan Sampai Mati Gara-Gara Dihabiskan Untuk Kencani Wanita

Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan ventilator dengan nama Vent-I.

Ventilator dengan kemampuan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) ini saat ini telah masuk fase produksi bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.

Lalu ada Ventindo, ventilator hasil pengembangan Universitas Gadjah Mada.

Ventilator dengan kemampuan Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV).

Baca Juga: Dihentikan Dua Pengendara dan Diberi Sebuah Kotak Sepatu, Wanita ini Ketakutan Setelah Membukanya Ternyata Isinya Mengerikan

Ventilator ini dapat digunakan untuk membantu pernafasan pasien yang dirawat di ruang ICU.

Saat ini kolaborasi berbagai perguruan tinggi dengan lembaga penelitian juga telah mengembangkan berbagai Tes Kit untuk deteksi Covid-19 antara lain RT-LAMP, RI-GHA19, dan berbagai perangkat deteksi Covid-19.(*)

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul "Obat Corona Dijual Bebas Bulan Agustus"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait