Selain itu, mereka pun memikirkan bagaimana keluarga dan rumah yang mereka tinggalkan.
"Di belakang pikiran kita jelas keluarga di rumah dan barang-barang, yang menambah sedikit ketegangan. Kami hanya mencoba untuk mengambil hal-hal dari hari ke hari," katanya.
Meski dipenuhi pikiran tentang kapan mereka bisa keluar dari pulau terpencil dan kembali ke rumah mereka, namun Natalie dan rekan-rekannya kini harus melakukan apa yang mereka bisa untuk bertahan hidup.
Diantaranya untuk mereka berteduh dnatidur, juga untuk makan.
Untuk berteduh dan tidur, mereka menggunakan potongan-potongan plastik yang sudah dicuci untuk membuat kamp mereka.
Di pulau itu mereka berbagi dengan kalajengking, ular, kancil, babi hutan, biawak, dan kukang, dan harus mencari makan untuk sebagian besar makanan mereka, termasuk ubi, nangka, dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Ada pengiriman sporadis dengan perahu makanan pokok, termasuk nasi dan pasta. yang mereka dapatkan, tetapi mereka sadar bahwa hal seperti itu tidak bisa terus mereka harapkan.
Mereka tidak bisa boleh berharap kepada kiriman karena mereka tidak tahu kapan kiriman berikutnya munfkin akan tiba.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR