Tiga speed boat tetap disertakan dalam misi itu guna mengangkut sisa pasukan Kompi Nussy.
Sesuai permintaan Capa Djamran formasi kapal saat berangkat adalah paling depan MTB sebagai penunjuk arah dan dua speed boat berada di tengah-tengah dan dua buah MTB yang di belakang.
Capa Djamran yang sudah berpengalaman mengoperasikan speed boat khawatir akan terjadi perubahan arah speed boat secara tak terkendali karena dipukul ombak yang diakibatkan pergerakan MTB.
Selain itu MTB berukuran lebih besar itu juga punya kompas dan radar sehingga bisa berfungsi sebagai penunjuk arah.
Formasi keberangkatan yang kemudian tersusun adalah paling depan RI Badai, berurut ke belakang RI Angin Puyuh dan RI Angin Ribut. Di belakang kanan RI Angin Gending dan di belakang kiri RI Prahara.
Sementarai RI Angin Gending dan RI Prahara agak ke belakang speed boat Bima dan Nakula.
Misi tempur yang berlangsung hampir tengah malam itu membuat seluruh pasukan KKO terdiam dan yang terdengar hanyalah deburan ombak dan mesin kapal.
Semua lampu kapal dimatikan sehingga suasana malam di lautan betul-betul gelap gulita.
Tapi operator kapal di kabin kapal dan komandan kapal terus memantau situasi lewat radar serta bersiaga untuk menghadapi segala kemungkinan.
Sekitar pukul 23.00 WIT konvoi kapal pendarat dikejutkan oleh salah satu MTB yang melepaskan rentetan tembakan antiserangan udara.
Rupanya radar salah satu MTB berhasil menangkap kehadiran pesawat tempur Neptune AL Belanda yang sedang terbang mendekat.
Tembakan yang dilepaskan dari MTB segera membuat konvoi dilanda panik khususnya speed boat yang tidak memiliki senjata untuk melawan pesawat tempur dan kapal perang.
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR