Advertorial

Sudah Beli Peti Mati dan Batu Nisan Serta Gali Liang Lahat Sendiri, Mbah Mangun: Kalau Dipanggil Tuhan, Tinggal Masukkan Saja

Khaerunisa

Editor

Bagaimana jika orang terdekat Anda sudah mulai menyiapkan berbagai kebutuhan untuk pemakaman? Tentu akan membuat Anda ketar-ketir dan bertanya-tanya
Bagaimana jika orang terdekat Anda sudah mulai menyiapkan berbagai kebutuhan untuk pemakaman? Tentu akan membuat Anda ketar-ketir dan bertanya-tanya

Intisari-Online.com - Usia manusia tidak ada yang tahu. Kematian bisa datang kapan saja.

Namun, bagaimana jika orang terdekat Anda sudah mulai menyiapkan berbagai kebutuhan untuk pemakaman?

Tentu akan membuat Anda ketar-ketir dan bertanya-tanya tentang 'ada apa sebenarnya?'.

Mungkin hal itulah yang dirasakan oleh keluarga Mbah Mangun ini.

Baca Juga: Gara-gara Virus Corona, Kini Hong Kong Kekurangan Stok Peti Mati, Sedangkan Permintaan Peti Mati Setiap Harinya Sangat Tinggi

Mbah Mangun (87) warga Pedukuhan Mendiro, Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo menjual tiga ekor kambing peliharaanya untuk membeli peti mati.

Peti mati tersebut diletakkan di sebelah kasur tempat ia tidur sehari-hari.

Mbah Mangun membeli peti mati tersebut untuk persiapan kematiannya.

“Aku wis siap-siap,” kata Mangun kepada Kompas.com, Rabu (11/3/2020).

Baca Juga: Saat 'Serangan' Virus Corona Merajalela, Tiongkok Justru Mengalami Penurunan Polusi Udara, Si Penyebab Jutaan Kematian Dini, Inikah Hikmah di Balik Musibah?

Selain itu ia telah menyiapkan tiga potongan kain mori dan liang lahat serta batu nisan untuk dirinya.

“Yen wis dipundut, gari nguncalke. Kulo wis siap-siap jogangan (kalau sudah dipanggil Tuhan, tinggal masukkan saja. Saya sudah menyiapkan liangnya juga). Itu lho ruangan untuk ngubur,” kata Mbah Mangun.

Mbah Mangun membeli peti mati seharga Rp 1 juta. Sedangkan untuk kain mori, ia mengeluarkan uang Rp 50.000 per lembar dan batu nisan seharga Rp 650.000.

Baca Juga: Waspadai Gejala Tifus pada Anak, Selain Demam Tinggi Juga Termasuk Ketidaknyamanan di Tenggorokan

Tetangga sempat geger saat peti mati tersebut diantar ke rumah Mbah Mangun.

Hal tersebut mengejutkan karena para tetangga selama ini tidak pernah mendengar berita duka.

"Sing durung ono teh karo gulo, nganggo nyepaki wong sing layat (yang belum siap itu teh dan gula, untuk mereka yang datang melayat nanti)," kata Mangun.

Sementara itu Waryadi (68), adik Mbah Mangun bercerita jika kakaknya sempat meminta anaknya untuk membelikan dia peti mati.Namun sang anak menolaknya.

Baca Juga: Nyatakan Pasien Positif Corona yang Disebut Kabur dari RSUP Persahabatan oleh Deputi Gubernur DKI Jakarta Sudah Kembali, Jubir Pemerintah: Kok Dimunculkan Lagi? Apa Biar Heboh?

“Peti itu meminta anaknya. (Tapi anaknya menolak dan bilang) kalau besok (meninggal) baru beli dan pakai (peti mati), tapi sendirinya (Mangun) marah. Akhirnya cari peti,” kata Waryadi.

Tak ingin repotkan keluarga

Mbah Mangun masih memiliki keluarga. Namun ia memilih hidup sendiri agar tidak merepotkan keluarganya.

Dia memasang foto keluarga dan kerabatnya di dinding rumahnya.

Dengan bangga, Mbah Mangun bercerita jika dia memiliki dua anak, lima cucu, dan tiga cicit.

“Anakku dua perempuan semua. Puthuku (cucu saya) kerja di dealer. Puthuku sudah bisa beli mobil sendiri. Anakku dulu sekolah musik,” kata Mangun.

Baca Juga: Salat Jumat Dibatasi di Malaysia dan Dilarang di Iran serta Singapura, Paus Pimpin Doa Lewat Live Streaming, Ini Kasus-kasus Penyebaran Corona yang Terjadi Lewat Acara Keagamaan

Sang cucu pernah meminta Mbah Mangun untuk tinggal bersama.

Namun ia menolak dan memilih tinggal di lahan yang sama dengan adiknya.

“Dikon bali puthuku. Wah yo ora. Ning kene wae. Wis gawe jogangan (disuruh pulang cucu. Tidak mau. Di sini saja, saya sudah bikin liang),” kata dia.

Cucu Mbah Mangun juga menyediakan tempat tidur untuk kakeknya.

Baca Juga: Pemerintah Didesak Lebih Terbuka soal Informasi Wabah Virus Corona: Komunikasi Publik Pemerintah Mencegah Panik, Tapi Tak Melindungi

Tak hanya itu. Setiap bulan sang cucu juga mengirim uang dan sembako untuk kakeknya.

Bahkan sang cucu juga membelikan empat kambing untuk dipelihara Mbah Mangun.

Kambing peliharaan itu yang dijual Mbah Mangun untuk membeli peti mati.

Baca Juga: Mulai April, Gaji Karyawannya Resmi 100% Bebas dari Pajak Penghasilan, Ini Contoh dan Pengertian Industri Manufaktur yang Dispesialkan Sri Mulyani

Pernah merantau ke Sumatera

Waryadi adik Mbah Mangun bercerita saat masih muda, kakaknya dikenal sebagai orang terpandang dan memliki lahan yang luas.

Namun dengan berjalannya waktu, tanah milik Mbak Mangun habis dijual.

Ia pun merantau hingga ke Sumatera. Setelah tak kuat lagi bekerja, ia kembali ke Jawa dan ikut kerabatnya.

Mbah Mangun datang ke rumah Waryadi pada tahun 2012.

Baca Juga: Misteri Kematian Wanita Paruh Baya di Kabupaten Bandung yang Ditemukan Tewas Berlumuran Darah dan Tertutup Selimut di Kamarnya, Kini Mulai Ada Titik Terang

Saat itu Mbah Mangun ingin menumpang hidup bersama adiknya.

Dalam keadaan terbatas, Waryadi membangun rumah kecil di belakang rumahnya untuk Mbah Mangun.

Waryadi juga berbagi listrik dan lampu untuk kakaknya.

“Terakhir di Wonosari, kemudian kembali ke sini. Dia mengatakan, ingin ikut saya saja. Bagaimana pun saya terima,” kata Waryadi.

Baca Juga: Sangat Santai saat Berhadapan dengan Polisi, Ekspresi Wajah Remaja Pembunuh Bocah Juga Sulit Dibaca Dokter Kejiwaan, Hingga Dokter Harus Pilih Cara Ini untuk Mempelajari Kejiwaannya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mbah Mangun Jual 3 Kambing untuk Beli Peti Mati, Sempat Gegerkan Tetangga

Artikel Terkait