Advertorial
Intisari-Online.com -Wabah COVID-19 atau penyakit corona tidak hanya menjadi momok bagi orang yang sehat.
Orang yang tengah sakit, terutama dengan penyakit kronis, menyoalkan aktivitas mereka di tengah lingkungan yang tidak terjamin bebas virus corona.
Pasien dan keluarga dengan penyakit kronis seperti kanker tidak jarang khawatir, sistem kekebalan yang melemah karena kanker akan menempatkan pasien pada risiko tinggi terkena virus.
Pasalnya, imunitas pada pasien kanker kerap dikaitkan dengan risiko komplikasi kesehatan.
Bepergian, terutama ke fasilitas umum seperti rumah sakit atau klinik, seringkali menjadi keraguan.
dr. Chin Tan Min, dr. Colin Phipps Diong, dan dr. Richard Quek dari Parkway Cancer Centre menyarankan, pasien kanker yang tengah menjalani perawatan tetap melanjutkan ke rumah sakit atau klinik.
Sebelum, selama, dan sesudah menjalani perawatan, lakukan tindakanpencegahan yang diperlukan.
Contoh, perhatikan kebersihan pribadi, cuci tangan dengan sabun, dankenakan masker.
Ketika keluar rumah dan di tempat keramaian,pastikan untuk memakaimasker untuk mengurangi risiko tertular.
Perhatikan kebersihan pribadi dengan baik.
Pasien yang telah menjalani kemoterapi intensif atau transplantasi sumsum tulang harus menghindari tempat yang ramai, termasuk menghindaripenggunaan transportasi umum di jam sibuk.
Praktikkankebersihan tangan yang baik ketika menggunakan MRT atau taksi.
Risiko tertular virus di rumah sakit atau klinik dianggap sangat kecil jika dibandingkan dengan kemungkinan kanker memburuk, atau kambuh, ketika pengobatan ditunda.
Kendati demikian, jika demam setelah perawatan di rumah sakit atau klinik, kembali ke sana untuk pemeriksaan darah agar dapat menentukan tanda-tanda infeksi dan peresepan antibiotik bila perlu untuk mengatasi demam.
Jika muncul gejala lain infeksi COVID-19 seperti batuk, sesak napas, dan kesulitan bernapas setelah perawatan, periksakan dengan dokter dan tanyakan tes seperti rontgen dada, usap hidung, atau tenggorokan.
Lindungi meski baru dugaan atau sudah remisi
Jika ada dugaan menderita kanker, dengan gejala seperti darah dalam tinja, benjolan baru di payudara, atau pembengkakan kelenjar getah bening, periksakan ke dokter lebih awal.
Lakukan juga tindakan pencegahan yang diperlukan seperti perhatikan kebersihan pribadi, cuci tangan dengan sabun, dan kenakan masker.
Deteksi dini menjadi kunci perawatan yang lebih efektif untuk kanker.
Baca Juga: Imunoterapi Masuk Indonesia, Harapan Baru untuk Pasien Kanker
Menunda kunjungan klinis dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis, yang dapat memengaruhi prognosis (prediksi perjalanan) penyakit.
Jika pasiendalam remisi (sudah diterapi dan tidak ada sel kanker lagi dalam tubuh), ada beberapa fleksibilitas dalam menjadwal ulang kunjungan tindak lanjut Anda ke dokter.
Para penyintas kanker yang merasa sehat dapat mengubah janji kunjungan ke waktu yang lain.
dr. Chi Tan Min, Konsultan Senior Onkologi Medis dari Parkway Cancer Centre menuturkan, pada pasien kanker paru-paru, mungkin sudah ada gejala seperti batuk yang merupakan gejala mendasar kankernya.
Agar waspada dari infeksi corona, Chi menyarankan pasien kanker paru-paru untuk mengecek gejala baru atau gejala yang memburuk dari batuk dan dema yang sekiranya perlu evaluasi lebih lanjut.
dr. Colin Phipps Diong, Konsultan Senior Hematologi dari Parkway Cancer Centre menuturkan, memang ada risiko sistem kekebalan tubuh pada tahapan tertentu setelah kemoterapi intensif.
Risikonya, pasien jadi lebih rentan pada infeksi virus yang parah.
Kendati demikian, risiko ini tidak hanya spesifik untuk virus corona, sehingga pasien harus tetap waspada di setiap situasi, sebelum atau setelah wabah COVID-19 reda.
dr. Richard Quek, Konsultan Senior Onkologi Medis dari Parkway Cancer Centre menuturkan, jika pasien kanker, terutaman yang tengah menjalani pengobatan aktif, mengalami demam, segera hubungi dokter untuk mendapat saran lebih lanjut secepatnya.