Advertorial

Ngeyel Tak Mau Turuti Perintah Pembina Setelah Tahu Kondisi Air, Siswi SMPN 1 Turi Selamat dari Tragedi Susur Sungai Sempor

Tatik Ariyani

Editor

Annisa berhasil selamat karena dirinya tidak menuruti perkataan dari pembina pramuka di sekolahnya.
Annisa berhasil selamat karena dirinya tidak menuruti perkataan dari pembina pramuka di sekolahnya.

Intisari-Online.com -Salah satu siswi SMPN 1 Turi Sleman bernasib baik karena selamat dari tragedi hanyutnya ratusan murid sekolahnya saat menyusuri Sungai Sempor adalahAnnisa Ramadhani (15).

Annisa berhasil selamat karena dirinya tidak menuruti perkataan dari pembina pramuka di sekolahnya.

Kisah selamatnya Annisa diceritakan oleh Nindia (21), kakak kandungnya yang juga merupakan alumni SMPN 1 Turi.

Dikutip dari TribunJogja.com, Selasa (25/2/2020), Nindia awalnya menceritakan saat adiknya mengikuti kegiatan susur sungai.

Baca Juga: Pria tertua di Dunia Ini Meninggal Dunia di Usia 112 Tahun Hidupnya diisi dengan Sering-sering Senyum, Putrinya: Saya Belum pernah Melihatnya Marah

Kala itu Nindia dan orangtuanya tidak mengetahui bahwa adiknya itu akan mengikuti kegiatan susur sungai.

"Tidak ada pemberitahuan dari sekolah, adik saya juga tahunya dari status WA (WhatsApp) sehari sebelumnya. Dia juga enggak bilang ke keluarga kalau mau susur sungai, cuma minta di jemput jam 4 sore," tutur Nindia, Senin (24/2/2020).

Nindia yang juga pernah bersekolah di SMPN 1 Turi merasa aneh karena pihak sekolah membiarkan para muridnya berkegiatan di luar ruangan saat cuaca sedang mendung.

Berdasarkan pengalamannya, kegiatan sekolah dilakukan di dalam ruangan apabila cuaca tidak mendukung.

Baca Juga: Mengaku Dilamar 50 Pria Setiap Hari, Model Cantik Ini Sampai Pernah Alami Hal Menakutkan dari Pria yang Menyukainya

Begitu mendapat kabar telah terjadi tragedi ratusan murid SMPN 1 Turi hanyut saat susur sungai, Nindia langsung bergegas ke lokasi kejadian untuk mencari tahu keberadaan adiknya.

”Saya di Klinik SWA, kakak saya di puskesmas dan sekolah," imbuhnya.

Perasaan cemas dan panik menyerang Nindia ketika ia melihat beberapa jenazah murid SMPN 1 Turi di Klinik SWA.

"Waktu itu saya tanya ke perawat, kalau saya cari adik saya yang bernama Annisa Ramadhani. Petugas meminta saya untuk kuat dan mengarahkan saya untuk memeriksa satu per satu jenazah yang ada di situ. Saya takut yang di sana itu adik saya," cerita Nindia.

Baca Juga: Pantas Xi Jinping Sampai Memohon Warganya Lakukan Ini, Polusi Udara di China Sudah Cerminkan Anjloknya Ekonomi China Gara-gara Corona

Perasaannya mulai lega setelah mengetahui adiknya ternyata sudah berada di sekolah.

Ia lalu menceritakan bagaimana adiknya bisa selamat dari peristiwa tragis tersebut.

Diceritakannya kala itu, Annisa sempat mengukur ketinggian air Sungai Sempor.

Setelah mengetahui ketinggiannya dianggap berbahaya, Annisa bergegas naik dan mengajak teman-temannya ke atas.

Tetapi tidak semua rekannya mengikuti anjuran Annisa.

"Saat itu, adik saya sempat mengukur sungai, memang ada yang selutut tapi ada juga yang seleher. Adik saya mengajak teman-temannya untuk naik," kata Nindia menceritakan kisah adiknya.

Beberapa rekannya takut kena marah oleh pembina pramuka yang menyuruh mereka turun ke sungai.

"Nanti kalau enggak turun dimarahi pembina, loh," ujar Nindia menirukan ucapan teman Anissa.

Baca Juga: Bayi Gajah Dilaporkan Terisolasi di Gubug dan Kakinya Dirantai hingga Tak Bisa Meregangkan Kaki Saat 'Tak Mengemis Kepada Turis' Demi Uang, Pelancong: Tak Punya Akses ke Air Bersih dan Makanan

"Tapi adik saya ngeyel, dia naik bersama lima orang lainya, baru balik badan sebentar ternyata teman-temannya yang lain sudah ada keseret. Adik saya terus cari pertolongan ke warga," lanjut Nindia.

Seusai terjadinya peristiwa itu, Nindia mengatakan Annisa kini masih dalam kondisi trauma dan tidak ingin lagi membahas soal peristiwa mengenaskan tersebut.

"Sekarang dia juga takut kalau lihat air, kalau di kamar mandi sendiri jadi takut," bebernya.

Sejumlah Siswa Berteriak-teriak Trauma

Sebelumnya diberitakan, para murid SMPN 1 Turi mendapatkan pendampingan trauma healing pada hari pertama masuk sekolah seusai tragedi susur Sungai Sempor.

Ketua Ikatan Psikologi Klinis Wilayah DIY, Siti Urbayatun mengatakan pihaknya telah meminta dukungan kepada bebera univesitas dan ormas untuk membantu kesembuhan mental para murid SMPN 1 Turi.

"Kita membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Universitas di Yogyakarta yang memiliki fakultas psikologi kami minta bantuan, organisasi masyarakat juga banyak yang membantu," ujarnya.

Demi kesembuhan mental siswa dan siswi pasca peristiwa tersebut, Siti mengatakan pihaknya akan berjaga selama seminggu di posko-posko yang telah ditentukan.

"Kemungkinan sampai seminggu ke depan kami stand by di dua posko. Jika diperlukan kami juga melakukan home visit," jelasnya.

Baca Juga: Update Kasus Susur Sungai SMPN 1 Turi yang Tewaskan 10 Siswa, Polisi Tetapkan 2 Tersangka Baru, Masih Memungkinkan Tersangka Bertambah

Berdasarkan pemeriksaan, hingga saat ini baru ditemukan gejala-gejala seperti berteriak histeris.

"Sekali lagi ini baru gejala, bukan gangguan. Ada yang menangis dan berteriak-teriak misalnya. Kami akan terus mendata gejala yang ditunjukkan adik-adik," terang Siti.

Dr. Novita Krisnaeni, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengatakan pendampingan akan dilakukan hingga siswa siswi SMPN 1 Turi sembuh.

"Kami ikut melakukan pendampingan adik-adik sampai sudah teratasi," tuturnya.

anung aulia malik

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Gara-gara Ngeyel ke Pembina Pramuka, Siswi SMPN 1 Turi Selamat dari Tragedi Susur Sungai Sempor

Artikel Terkait