Advertorial

Pria tertua di Dunia Ini Meninggal Dunia di Usia 112 Tahun Hidupnya diisi dengan Sering-sering Senyum, Putrinya: Saya Belum pernah Melihatnya Marah

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Intisari-Online.com - Sebelas hari lalu, Watanabe Chitetsu, dinobatkan sebagai pria tertua di dunia, namun sayangnya kini dia telah meninggal.

Dilansir Daily Star, Selasa (25/2/2020), pejabat Jepang mengkonfirmasi bahwa Watanabe meninggal di Kota Joetsu.

Hal itu setelah dirinya baru saja dianugerahi kehormatan seusai kematian sesama warga negaranya, Masazo Nonaka, yang berusia 112 tahun dan 266 hari.

Watanabe mengisi hidupnya yang panjang dengan senyum sesering mungkin dan tidak pernah marah.

Baca Juga: Pantas Xi Jinping Sampai Memohon Warganya Lakukan Ini, Polusi Udara di China Sudah Cerminkan Anjloknya Ekonomi China Gara-gara Corona

Putrinya Yoko Watanabe mengatakan:

"Saya sudah tinggal bersamanya lebih dari 50 tahun, dan saya belum pernah melihatnya marah atau menaikkan nada suaranya."

"Saya pikir tinggal bersama keluarga besar di bawah satu atap, bergaul dengan cucu dan cicitnya, dapat membuatnya teteap tersenyum sepanjang hari."

Watanabe juga hampir merayakan ulang tahunnya yang ke 113 pada 5 Maret.

Baca Juga: Waspadai Sakit Kanker Paru-paru, Wanita ini Tidak Merokok, Rupanya Asma yang Dideritanya Adalah Kanker Paru Stadium Akhir

Tapi, orang tua Jepang akan bertahun-tahun lagi dari merebut gelar pria tertua yang pernah ada.

Kehormatan itu masih dipegang oleh pria Jepang lainnya, Jiroemon Kimura, yang berusia 116 tahun 54 hari ketika dia meninggal pada 12 Juni 2013.

Baca Juga: Ini Cara Mengetahui 7 Bagian Sensitif Wanita, Salah Satunya Sudah Pasti Anda Duga, Mau Tahu?

Mbah Arjo si Manusia Tertua di Indonesia Wafat di Usia 193 Tahun, Petasan Dibunyikan saat Jasadnya Masuk ke Liang Lahat

Nama Mbah Arjo Suwito sempat menjadi pembicaraan warganet Indonesia beberapa waktu lalu.

Dikenal sebagai manusia tertua.

Tahun lalu, nama warga Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, tersebut kembali menjadi pembicaraan.

Baca Juga: 830 Orang di Korea Selatan Terinfeksi Corona, Sekarang Ribuan Orang Memenuhi Jalanan untuk Antri Untuk Masker Wajah: Jumlah Kasus Setelah Dites Cukup Besar

Namun, Mbah Arjo dibicarakan seiring dengan kabar duka yang menyertainya.

Mbah Arjo, sang kakek tertua di Indonesia tersebut meninggal dunia pada Selasa (21/5/2019) malam.

Sebelumnya ia sempat dirawat di RSUD Mardi Waluyo, Wlingi, sejak Jumat (17/5/2019) malam lalu, karena merasa badannya agak lemas.

Jasad kakek yang usianya diklaim berusia 193 tahun itu, dimakamkan di TPU Sukomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Rabu (22/5/2019) siang.

Baca Juga: Mengaku Dilamar 50 Pria Setiap Hari, Model Cantik Ini Sampai Pernah Alami Hal Menakutkan dari Pria yang Menyukainya

Atas wasiat almarhum, saat mayatnya dimasukkan ke liang lahat, dibunyikan petasan.

"Kalau wasiatnya saat masih gerah di rumah sakit, mbah Arjo minta agat saat mayatnya diangkat dari rumah duka, untuk dibawa ke makam, agar dibunyikan petasan dua. Itu juga kami turuti," kata Widodo, Kades Gadungan.

Tak hanya itu, mbah Arjo juga berwasiat, agar saat jasadnya dimasukkan liang lahat, juga disambut dengan dua suara petasan.

"Semua wasiatnya, sudah kami realisasikan semua. Sebab, beliau itu orang baik, sabar dan sesepuh kita. Hidupnya hanya menjalani kesabaran dengan tinggal jauh dari keramaian," ungkapnya.

Baca Juga: Pantas Xi Jinping Sampai Memohon Warganya Lakukan Ini, Polusi Udara di China Sudah Cerminkan Anjloknya Ekonomi China Gara-gara Corona

Menurut Widodo, mbah Arjo itu orang tertua di Indonesia. Berdasarkan catatan di buku desa, mbah Arjo tercatat lahir pada 1825.

Sebelum tinggal di lereng Gunung Kelud, tepatnya di Gunung Gedang, mbah Arjo menjadi oengembara.

Ia baru tinggal di tengah hutan, atau di lereng Gunung Kelud dan membuat rumah sederhana pada tahun 1990-an.

Baca Juga: Meski Kasus Corona Melonjak ke Luar China, WHO Justru Tidak Tetapkan Wabah Virus Corona Sebagai Pandemi

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia tak bingung karena mendapatkan gaji dari pemerintah sebagai juru kunci Candi Branjang, yang berada satu komplek dengan tempat tinggalnya.

Candi itu merupakan penemuan mbah Arjo dan dia diangkat sebagai juru kunci.

"Atas penemuan candi itu, mbah Arjo dijadikan juru kunci dan dapat bayaran," ungkapnya.

Di tempat yang terpencil karena jauh dari mana-mana (perkampungan), mbah Arjo tinggal berdua dengan anak perempuannya, yakni Ginem (52).

Ginem adalah anak mbah Arjo yang ke-18 dari istrinya yang keenam.

"Meski tinggal di tempat yang seperti itu, mbah Arjo sangat sabar, dan menjalani hidup dengan tulus. Itu patut jadi panutan kami, yang muda-muda," pungkasnya.

Baca Juga: Bayi Gajah Dilaporkan Terisolasi di Gubug dan Kakinya Dirantai hingga Tak Bisa Meregangkan Kaki Saat 'Tak Mengemis Kepada Turis' Demi Uang, Pelancong: Tak Punya Akses ke Air Bersih dan Makanan

Artikel Terkait