Keduanya malah balik menuduh bahwa serangan senjata kimia itu merupakan rekayasa AS sendiri yang sejak 2015 sangat menginginkan tumbangnya pemerintah resmi Suriah.
AS akhirnya mengancam akan menggempur Suriah meski Rusia memperingatkan bahwa serangan AS ke Suriah akan mendapatkan perlawanan dari Rusia.
Keputusan AS menyerang Suriah makin positif setelah negara sekutunya seperti Inggris dan Prancis bersedia membantu.
Pasalnya militer AS sendiri sebenarnya tidak berani berperang jika tanpa dibantu negara-negara sekutunya itu.
Serangan udara AS dan sekutunya menggunakan pesawat-pesawat tempur dan rudal yang ditembakkan dari kapal perang ke Suriah pada Jumat (13/4) malam waktu setempat termasuk ‘serangan dadakan yang diumumkan’ (declared war).
Baca juga: Tak Hanya Perang Dunia III, Jika AS Menyerang Serang Suriah Juga Bisa Memicu Perang Nuklir
Sebab Presiden Trump sebelumnya sudah mengancam akan menggempur Suriah, sehingga militer Suriah sendiri selalu dalam kondisi siaga.
Kesiagaan militer Suriah menunjukkan hasilnya karena perlawanan yang dilakukan telah mengakibatkan puluhan rudal yang ditembakkan oleh militer AS dan sekutunya berhasil dirontokkan.
Pola serangan ke Suriah oleh AS dan sekutunya juga masih menunjukkan serangan udara terpilih yang berlangsung singkat karena bersifat ‘hukuman’.
Namun yang pasti serangan militer di Suriah telah membuat Rusia yang sebelumnya akan membantu Suriah merasa ditantang.
Jika Rusia sampai melakukan serangan balasan terhadap posisi militer AS, Inggris, dan Prancis di Suriah keadaan akan makin tambah runyam karena yang menjadi korban adalah warga Suriah sendiri.
Baca juga: Teknologi Terbaru Anti Rudal Nuklir Rusia, Bila Meledak Negara Sebesar Prancis pun Langsung 'Habis'!
Source | : | BBC.com,CNN.com |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR