Intisari-Online.com - Jika diamati ada keraguan besar bahkan ketakutan pada diri Presiden AS Donald Trump ketika mengancam akan menggempur Korea Utara secara militer.
Presiden Trump khawatir, jika sampai digempur, Korut mungkin saja gagal meluncurkan serangan nuklir ke AS.
Tapi negara komunis ini bisa dengan mudah menghajar Korsel dan Jepang--dua negara sekutu Amerika--menggunakan rudal-rudal nuklirnya.
Dengan pertimbangan seperti itu maka Trump menjadi urung untuk menyerang Korut sehingga memilih menerapkan embargo ekonomi dengan cara ‘memaksa’ PBB.
Tapi urungnya Trump menggempur Korut malah membuat Kim Jong Un semakin berada di atas angin bahkan Jepang dan AS sendiri ingin bertemu Kim Jong Un untuk berdialog.
Ketika Kim Jong Un dan istrinya berkunjung ke China kedua pasangan yang sebenarnya mewakili ‘negara paria’ itu justru menjadi perhatian dan pujian dunia internasional.
Dengan naik daunnya pamor Kim Jong Un, pamor Donald Trump sebagai orang nomor satu di negara adidaya pun seolah meredup.
Apalagi reputasi Presiden Trump sempat diguncang terkait ‘uang penutup mulut’ pada seorang bintang fim porno AS yang konon pernah dikencaninya.
Tapi Presiden Trump kemudian merasa mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi sekaligus menaikkan pamornya ketika di Suriah terjadi serangan senjata kimia.
Presiden Trump pun langsung menfokuskan perhatiannya kepada serangan senjata kimia di Ghouta Timur dengan menuduh Suriah dan sekutunya, Rusia, sebagai pelakunya.
Namun baik Rusia maupun Suriah menolak tuduhan AS itu.
Baca juga: Breaking News: AS, Prancis, dan Inggris Lancarkan Serangan ke Suriah
Source | : | BBC.com,CNN.com |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR