Advertorial
Intisari-online.com -Pagi menjelang, aktivitas di Desa Jetis, Kecamatan Karangrayung Grobogan pun dimulai seperti biasa, para petani sudah bekerja di sawah sedangkan para anak kecil mulai bersekolah.
Salah satunya adalah ketiga bocah berinisial DE, AD dan RS yang sama-sama masih berumur 10 tahun.
Namun siapa sangka perjalanan mereka menuju sekolah pada pagi hari itu harus menemui kendala kurang menyenangkan, bahkan, bisa jadi trauma.
Seperti biasa pada Rabu (5/2/2020) ketiganya berangkat bersama dengan sepeda onthel, formasinya DE berboncengan dengan AD.
Sementara itu RS mengendarai sepeda onthelnya sendiri.
Tiba-tiba mereka dilibas oleh minibus berwarna hitam dan plat nomor polisi B.
Tidak hanya menyaingi kecepatan, minibus tersebut juga tiba-tiba berhenti di depan mereka.
Sontak saja kedua sepeda mereka menabrak minibus tersebut.
Belum selesai keterkejutan mereka, tiba-tiba muncul sosok pria dewasa dari dalam minibus yang menghampiri mereka.
Pria tersebut tiba-tiba menarik paksa tubuh DE untuk ikut masuk ke dalam mobil.
Tidak tanggung-tanggung, ia iming-imingi DE dengan imbalan uang satu juta dan jajan.
Ia juga mengatakan dengan bahasa Jawa jika ada orang tua DE di dalam mobil tersebut.
"Ayo le melu aku, tak jak jalan-jalan, tak kei duit sak juta karo jajan lan permen. (Ayo nak ikut saya jalan-jalan. Aku kasih uang sejuta, jajan dan permen)
"Ojo kesuwen kae lho bapak ibumu ning njero. (Ayo jangan lama-lama, bapak ibumu itu loh ada di dalam mobil)," kata Pria itu seperti yang ditirukan DE.
Namun, DE dan kedua temannya justru menyadari ada yang tidak beres.
Sebab, kedua orang tua DE saat itu tengah berada di Jakarta untuk bekerja, sehingga dengan cepat AD dan RS menyadarkan temannya.
Berbahasa Jawa dengan cepat, keduanya segera berteriak lantang mengingatkan dan mencegah DE dibawa orang asing tersebut.
"Ojo gelem. Diapusi kowe, kan bapak ibumu ning Jakarta (jangan mau. Kamu ditipu, bapak ibumu di Jakarta)," sahut AD dan RS dengan lantang bersamaan.
Melihat keberanian tiga bocah itu, pria tersebut pun mencoba menarik tangan DE untuk masuk ke mobil.
Saat itulah, ketiga bocah melawan sekuat tenaga dan menggigit tangan pria tersebut agar melepaskan DE.
Baca Juga: Guru Besar Ini Sebut Indonesia Punya Jamu Penangkal Virus Corona
Penjahat tersebut akhirnya melepaskan tubuh DE.
DE pun berhasil keluar dari pintu mobil. Ketiganya lantas terjatuh ke jalan bersamaan dengan kaburnya para penjahat itu.
"Saya langsung sadar kalau itu penculik seperti yang saya lihat di televisi dan di YouTube.
"Makanya saya berkeras ingin menyelamatkan teman saya.
"Saat itu kami langsung lapor ke warga dan pak guru," pungkas AD.
Seperti diketahui, kedua orangtua DE bekerja di Jakarta.
Sang ayah bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya, Putri Purnamasari, merupakan guru lepas.
DE pun tinggal bersama kakek neneknya di Desa Jetis, Kecamatan Karangrayung.
Putri mengatakan, setelah kejadian yang menimpa putra pertamanya itu, dirinya berencana akan mengajak DE ke Jakarta.
Putri dan suaminya mengaku segera pulang ke Grobogan usai mendengar peristiwa yang menimpa DE.
"Hubungan saya dan suami, harmonis dan baik-baik saja.
"Kami pun khawatir dengan anak kami, makanya kami langsung pulang.
"Semalam sudah sampai sini. Kami merantau ke Jakarta dan meninggalkan DE dengan kakek neneknya di kampung.
"Alhamdulilah anak saya selamat," terang Putri.
Sementara itu, pihak kepolisian mengaku masih mendalami penyelidikan kasus tersebut.
Kesaksian tiga bocah pemberani diharapkan membantu polisi. "Kami masih mendalami kasus percobaan penculikan itu
"Kami himbau kepada warga untuk berhati-hati dan selalu mendampingi anak-anaknya," kata Kanit Reskrim Polsek Karangrayung, Ipda Abdul Kadir.
(Puthut Dwi Putranto Nugroho)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kami Gigit Tangannya dan Pukuli dengan Batu, Sambil Teriak Maling..."