Advertorial

7 Tahun Jual Kelelawar, Begini Nasib Marimin Semenjak Merebak Kabar Virus Corona Berasal dari Kelelawar, Padahal Dipercaya Punya Khasiat Obat

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Pasar Karimata atau lebih dikenal sebagai pasar hewan yang berlokasi di Jalan RA Kartini, Karangtempel, Semarang Timur, Kota Semarang menjadi sepi .
Pasar Karimata atau lebih dikenal sebagai pasar hewan yang berlokasi di Jalan RA Kartini, Karangtempel, Semarang Timur, Kota Semarang menjadi sepi .

Intisari-Online.com - Pasar Karimata atau lebih dikenal sebagai pasar hewan yang berlokasi di Jalan RA Kartini, Karangtempel, Semarang Timur, Kota Semarang menjadi sepi selama dua pekan terakhir ini.

Satu-satunya pasar hewan di Kota Semarang itu sepi karena disinyalir imbas mewabahnya virus Corona belakangan ini.

Utamanya, virus tersebut berdampak bagi para pedagang kelelawar yang kini sepi peminat.

Saat Tribunjateng.com ikut mendatangi lapak pedagang kelelawar di lantai dua Pasar Karimata tersebut, kondisinya memang cenderung sepi pembeli.

Baca Juga: Akhirnya Terungkap! Beginilah Nasib Wanita yang Viral Akibat Makan Sup Kelelawar di Tengah Mewabahnya Virus Corona di Wuhan

"Saat ini, jarang ada pembeli yang mencari kelelawar.

Padahal, biasanya satu sampai dua orang per hari pasti ada yang menghubungi saya untuk pesan satu ekor atau dua ekor," kata warga Karangturi, Semarang Timur saat didatangi Tribunjateng.com, Jumat (31/1/2020).

Dia bercerita, mendapat pasokan kelelawar maupun kalong dari para pemburu yang beroperasi di Semarang.

Setiap ekor yang dibeli Marimin dari pemburu seharga Rp 5 ribu.

Baca Juga: Tekanan Darah Anda Cukup Tinggi? Ini 5 Makanan yang Bantu Turunkan Tekanan Darah, Termasuk Kacang Kenari

Kemudian, dia jual lagi seharga Rp 20 ribu per ekor untuk kelalawar.

Sedangkan kalong seharga Rp 50 ribu

"Namun, sekarang benar-benar tidak ada yang mau beli.

Sudah sepi hampir sebulan terakhir. Otomatis penghasilan saya juga turun banyak," ungkap Marimin sembari bermain dengan kelalawarnya.

Baca Juga: Niat Hati Bikin Rapat Unik di Atas Kereta, Apa Daya Wapres Malah Disoraki Penumpang KRL saat Melintas di Stasiun, Ternyata Ini yang Bikin para Penumpang Geram

Dia melanjutkan, sebagian orang percaya kelelawar maupun kalong memiliki khasiat sebagai obat-obatan.

Marimin yang tergabung dalam Paguyuban Pesona Pedagang Burung Semarang (P3BS) itu meyakini kelelawar berkhasiat untuk menyembuhkan asma dan gatal-gatal pada tubuh.

"Orang-orang biasanya lebih suka membeli kalong.

Baca Juga: Selama Ini Pemerintah China Ternyata 'Berbohong,' Informasi Tentang Virus Corona Ternyata Disembunyikan Rapat-rapat Sebelum Akhirnya Mewabah

Khasiatnya ya buat obat asma dan gatal.

Bagi yang doyan, dagingnya bisa dipotong-potong lalu digoreng," cerita pria kelahiran Klaten itu.

Marimin tak percaya kalau menularnya virus Corona berawal dari kelelawar.

Sebab, kelelawar yang hidup liar di malam hari itu tidak bisa makan sembarangan.

Baca Juga: Tangisan Anjing-anjing di Pasar Daging China, Disiksa Tanpa Diberi Makan dan Menanti Giliran untuk Dibakar Hidup-hidup

Menurut Marimin, kelelawar hanya memakan buah-buahan di atas pohon.

Selain itu, kawanan kelelawar juga tak pernah hidup di daratan.

"Makannya juga hanya buah. Jadi, tidak sembarangan yang dimakan.

Saya sudah jualan kelelawar selama tujuh tahun, tapi tidak pernah kena penyakit apa-apa," pungkasnya.

Baca Juga: Seminggu, Terisolasi karena Virus Corona, Ternyata Beginilah Orang-orang Wuhan Menghabiskan Waktunya di Ruang Karantina, Ada yang Main Game Online

Sementara, pedagang lainnya, Sutoyo (49) juga mengeluhkan situasi serupa.

Kini, kelelawar milik Sutoyo banyak menumpuk di dalam kandang.

"Para pelanggan kini tidak ada yang tertarik membeli kelelawar.

Kelelawar saya pun masih ada banyak. Yang kalong ada dua ekor ukurannya besar-besar.

Sekarang sepi. Jarang laku," keluhnya. (Tribunjateng/gum)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Marimin Yakin Virus Corona Tak Menyebar Lewat Kelelawar : Saya Sudah 7 Tahun Jualan Kelelawar

Artikel Terkait