Advertorial

'Jejak Langkah 2 Ulama' Tayang 2020: Kisah KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari untuk 'Memahami Perbedaan dan Menjunjung Persamaan'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Film-film bergenre sejarah mulai bermunculan di Indonesia.

Salah satunya yakni 'Jejak Langkah 2 Ulama' yang direncanakan akan tayang tahun depan.
Film-film bergenre sejarah mulai bermunculan di Indonesia. Salah satunya yakni 'Jejak Langkah 2 Ulama' yang direncanakan akan tayang tahun depan.

Intisari-Online.com - Film-film bergenre sejarah mulai bermunculan di Indonesia.

Salah satunya yakni 'Jejak Langkah 2 Ulama' yang direncanakan akan tayang di bioskop pada awal Januari 2020 nanti.

Tidak menggunakan aktor nasional yang sudah terkenal untuk memerankan tokoh-tokoh di film ini, Sigit Ariansyah sebagai sutradara mengaku memasang standar 'tinggi' dalam casting pemeran.

Latar belakang kematangan ilmu sangat mempengaruhi dalam keputusan memilih aktor yang tepat dalam 4 bulan open casting yang mendatangkan ribuan orang itu.

Baca Juga: 3.500 Koper Tumi Seharga Belasan Juta Rupiah Hendak Dibagikan Ari Askhara, Ini Daftar Kelebihannya, Salah Satunya Mudah Ditemukan Jika Hilang

Terkait film ini, Sigit menilai selain menjadi ulama besar yang mengajarkan ilmu agama ke santri-santrinya, Kyai Haji (KH) Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari juga berjuang mewalan kolonialisme pada saat itu.

"Mereka (generasi milenial) harus tahu, banyak yang tidak tahu mereka berdua adalah pahlawan nasional," tutur Sigit kepada Intisari Online (Jumat (6/12/2019).

Sigit juga mengatakan pesan utama yang ingin disampaikan lewat film ini adalah 'memahami perbedaan, menjunjung persamaan'.

Kalimat ini kemudian dijadikan gambaran keseluruhan (logline) dari film 'Jejak Langkah 2 Ulama'.

Baca Juga: Kasus Pria Potong Kepala Wanita, Memasaknya, Lalu Memakannya Karena Lapar: Kanibalisme Mungkin Sudah Terjadi Sejak 10.000 Tahun Lalu, Ini Buktinya

"Ini logline kita, memahami perbedaan dan menjunjung persamaan," ungkap Sigit.

Sigit mengatakan pemilihan kata 'memahami' bukan tanpa sebab.

Menurutnya selama ini sudah terlalu biasa atau mainstream untuk menghormati perbedaan.

Sigit menjelaskan perbedaan bukan untuk dihormati, melaikan untuk dipahami.

Jejak Langkah 2 Ulama

Baca Juga: Menikah Hanya Tujuh Bulan, Sang Suami Harus 'Pergi' Duluan Meninggalkan Sang Istri, Pesan Istri: 'Suamiku, Selamat Jalan'

Film 'Jejak Langkah 2 Ulama' secara garis besar menceritakan perjalanan hidup 2 ulama besar nusantara, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari.

Di film ini, penonton akan dimanjakan dengan base true story dari kedua tokoh besar dari masa kecil hingga memperjuangkan tegaknya agama di bumi Indonesia.

Produser film 'Jejak Langkah 2 Ulama' yang juga cicit KH Ahmad Dahlan, Andika Prabhangkara, menceritakan film ini memiliki perbedaan dari film pendahulunya.

Baca Juga: Tukang Daging Ini Dituduh Merebus Kucing Hidup-hidup dan Menjadikannya Dompet Serta Baju Lucu, 500 Kucing Dulu Juga Pernah Ketahuan Diangkut

Menurut Andika, pihaknya ingin menampilkan sesuatu yang belum pernah diulik dari kedua film terdahulu.

"Kita ingin menampilkan yang belum ditampilkan di film pendahulunya," ungkap Andika.

Andika mencontohkan, tidak banyak orang tahu KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari memiliki guru yang sama.

Baik guru ketika ada di Indonesia dan saat keduanya memperdalam ilmu agama di Makkah al-Mukarramah.

Pria berkacamata ini melanjutkan, film 'Jejak Langkah 2 Ulama' selain menceritakan perjalanan hidup kedua ulama dari masa kecil hingga berhasil mendirikan dua organisai Muhammadiyah dan Nahdlatul 'Ulama.

Film yang dijadwalkan rilis pada Januari 2020 juga berisi tentang kebersaaam antara dua tokoh tersebut saat memperdalam ilmu agama.

"Mereka berdua belajar di Sholeh Darat," katanya.

Baca Juga: Soal Pengganti Dirut Garuda, Susi Pudjiastuti dan Ignasius Jonan Paling Dijagokan, Mari Lihat Siapa yang Paling Berpeluang?

Andika menambahkan, film 'Jejak Langkah 2 Ulama' juga memuat kerja keras kedua tokoh ini dalam membentuk dua organisai Islam terbesar di Indonesia yang masih aksis hingga saat ini.

Adhitya Bhagaskara selaku music director menambahkan bahwa film ini diharapkan mampu dipahami generasi sekarang dan dapat menenangkan sentimen di masyarakat.

"Isu kebangsaan yang berbeda sedikit langsung ngamuk-ngamuk, padahal tidak lapar," ucapnya.

Dengan hadirnya film ini, masyarakat harusnya belajar dari tokoh zaman dahulu yang tenang menghadapi perbedaan serta konflik.

Baca Juga: 3.000 Kerbau Sudah Disembelih Secara Brutal Pada Pengorbanan Hewan Terbesar di Dunia, Dulu Bahkan Mencapai 500.000 Ekor

Artikel Terkait