Advertorial
Intisari-Online.com - PBB memperkirakan akan ada 'rekor' sebanyak 168 juta orang di seluruh dunia yang membutuhkan bantuan pada tahun depan.
Dilansir dari Daily Mail, Rabu (4/11/2019), menurut badan dunia Tinjauan Kemanusiaan Global, pada 2020 juga terjadi peningkatan permintaan bantuan.
Bantuan darurat itu termasuk makanan, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan.
Angka 168 juta itu menandai merupakan 'rekor di era modern.'
Begitulah kata koordinator bantuan darurat PBB Mark Lowcock kepada wartawan.
Yang dimaksud era modern itu merujuk pada periode setelah Perang Dunia II.
Kebutuhan akan bantuan akan terus meningkat seiring konflik yang semakin berlarut-larut dan intens.
PBB melaporkan, sekitar satu dari 45 orang di seluruh dunia dianggap berisiko dari meningkatnya konflik global dan perubahan iklim.
Sebagai akibatnya Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan permohonan bantuan kemanusiaan.
Dana itu mencapai Rp 400 triliun.
Perubahan iklim dan konflik yang berkepanjangan semakin membuat puluhan juta orang sangat membutuhkan bantuan, kata PBB.
Lowcock berkata: "Para pejuang menunjukkan pengabaian total terhadap hukum kemanusiaan."
Dia menambahkan bahwa akibatnya adalah warga sipil terperangkap dalam konflik dan dilanda trauma psikologis.
Lowcock juga menambahkan bahwa jumlah serangan terhadap sekolah dan fasilitas kesehatan juga terus meningkat.
Selain itu, perubahan iklim telah menyebabkan lebih banyak peristiwa cuaca ekstrem.
Terutama kekeringan dan banjir, yang keduanya memicu keadaan darurat kemanusiaan lainnya.
"Faktanya, tahun 2020 akan begitu sulit bagi jutaan orang," kata Lowcock.
PBB mencari lebih banyak dana untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Yaman dan Suriah (negara yang paling membutuhkan).
Krisis kemanusiaan di Suriah dan Yaman menerima 42 persen dari seluruh dana kemanusiaan tahun ini.
Venezuela adalah negara di mana kebutuhan meningkat paling banyak dalam satu tahun terakhir.
Dalam sembilan bulan pertama tahun 2019, ada 825 serangan terhadap petugas kesehatan yang beroperasi di zona konflik.
Serangan-serangan ini mengakibatkan 171 kematian, yang merupakan lebih dari keseluruhan 2018, menurut laporan PBB.