Advertorial

Ini Waktu Terbaik untuk Berjemur di Bawah Sinar Matahari, Jangan Sampai Terkena Bahayanya dari Mata Rusak Hingga Kanker Kulit

K. Tatik Wardayati

Editor

Untuk mendapatkan manfaat sinar matahari bagi tubuh maka kita harus terpapar matahari dalam durasi yang wajar.
Untuk mendapatkan manfaat sinar matahari bagi tubuh maka kita harus terpapar matahari dalam durasi yang wajar.

Intisari-Online.com – Sering kali kita diingatkan untuk selalu berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Yang kita tahu, paparan sinar matahari memang bermanfaat untuk tubuh dan menolong bagi banyak orang.

Namun, sinar matahari juga bisa menjadi sumber penyakit yang parah.

Untuk mendapatkan manfaat sinar matahari bagi tubuh maka kita harus terpapar matahari dalam durasi yang wajar.

Baca Juga: 5 Makanan Ini Bisa Lindungi Kulit dari Efek Buruk Sinar Matahari dan Penuaan, Termasuk Ubi Jalar

Sebab, jika berjemur secara berlebihan, kita justru akan mengalami peningkatan risiko luka bakar, hingga kanker kulit.

Di negara tropis seperti Indonesia, sinar matahari bisa didapatkan sepanjang tahun. Meski begitu, bukan berarti kita bisa berjemur kapan saja.

Ada waktu-waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari dan meminimalkan risiko terjadinya kanker kulit.

Waktu terbaik mendapatkan sinar matahari

Baca Juga: Jangan Salah, Sinar Matahari di Atas Jam 09.00 Terbaik untuk Tubuh, Simak Penjelasannya!

Pendapat mengenai waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari memang masih beragam.

Pendapat paling umum adalah saat pagi hari. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa waktu terbaik adalah saat siang hari.

Sebuah penelitian mengemukakan bahwa waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari adalah siang hari.

Sebab, pada waktu inilah risiko kanker kulit jenis cutaneous malignant melanoma (CMM), justru berada di angka yang paling rendah.

Baca Juga: Kisah Pilu Blanche Monnier, Putri Bangsawan yang Dipenjara 25 Tahun Tanpa Sinar Matahari Oleh Ibunya 'Si Dermawan Cacat'

Selain itu, paparan sinar matahari yang didapatkan antara pukul 10.00 hingga pukul 15.00, dapat memicu produksi vitamin D, yang dapat bertahan dua kali lebih lama dalam darah, jika dibandingkan dengan vitamin D yang dikonsumsi dalam bentuk suplemen atau makanan.

Meski begitu, di jam-jam tersebut, risiko kulit terbakar matahari juga akan meningkat karena sinar matahari cukup menyengat. Sehingga, kita perlu membatasi waktu paparan.

Jangan terlalu lama berada di bawah sinar matahari

Waktu ideal terkena paparan matahari, hanyalah 5-15 menit setiap harinya. Itupun bisa didapatkan saat melakukan kegiatan sehari-hari, seperti berjalan saat siang hari.

Baca Juga: Studi: Bukan Uang, Kebahagiaan Sebenarnya Ternyata Terkait dengan Sinar Matahari

Kita tidak perlu meluangkan waktu khusus untuk berjemur, demi mendapatkan vitamin D yang dibutuhkan.

Paparan sinar matahari di wajah, tangan, atau lengan sebanyak dua hingga tiga kali seminggu, sudah cukup untuk menjaga kadar vitamin D di tubuh.

Lagipula, Indonesia adalah negara tropis yang dekat dengan garis khatulistiwa. Sehingga, kita tidak perlu banyak waktu untuk berjemur.

Jadi sebenarnya, kekurangan vitamin D adalah hal yang relatif jarang dialami masyarakat Indonesia.

Baca Juga: 7 Alternatif Tabir Surya Alami Agar Kulit Terlindungi di Bawah Sinar Matahari

Kondisi kekurangan vitamin D, lebih banyak terjadi pada lansia yang sudah jarang sekali keluar rumah.

Bahaya paparan sinar matahari berlebih

Untuk mendapatkan manfaat sinar matahari, kita tidak perlu berjemur terlalu lama.

Sebab, ada risiko berikut ini jika terpapar sinar matahari secara berlebihan.

Baca Juga: Keracunan Sinar Matahari Bisa Bikin Demam, Ini Cara Mengenali dan Mencegahnya

Luka bakar akibat matahari

Kamu mungkin sudah pernah merasakan, kulit terasa perih setelah berada di bawah sengatan matahari dalam jangka waktu yang lama.

Hal tersebut bisa muncul karena kulit terbakar oleh sinar matahari yang terlalu menyengat.

Pada kondisi yang parah, sinar matahari bisa menyebabkan kulit merah, hingga melepuh dan bengkak.

Baca Juga: Kota Ini Akan Gelap Gulita Selama 65 Hari karena Tidak Terkena Sinar Matahari, Ini Penyebabnya

Mata menjadi rusak

Paparan sinar UV, dalam jangka panjang bisa merusak retina. Hal ini akan meningkatkan risiko penyakit mata seperti katarak.

Penuaan dini di kulit

Jika kamu menghabiskan waktu terlalu lama di bawah sinar matahari, maka kulit bisa mengalami penuaan lebih cepat.

Baca Juga: Pria Ini Terpaksa Pakai Topeng Silikon Karena Alergi Sinar Matahari

Kulit berisiko menjadi lebih keriput dan kendur. Risiko penuaan juga akan meningkat jika tidak rutin menggunakan sunscreen.

Perubahan kulit lainnya

Paparan sinar matahari berlebih juga bisa menyebabkan bintik-bintik cokelat di kulit, yang disebut freckles.

Tahi lalat baru juga bisa muncul di kulit yang sering terkena matahari.

Baca Juga: Kisah Penduduk Desa Araras di Brasil, Jika Terkena Sinar Matahari Wajah Mereka Jadi ‘Rusak’

Heat stroke

Heat stroke adalah kondisi naiknya suhu tubuh akibat paparan sinar matahari berlebih.

Kanker kulit

Kanker kulit adalah dampak terparah dari paparan sinar matahari atau panas berlebih.

Sinar ultraviolet dari sinar matahari adalah penyebab utamanya.

Baca Juga: Wow, Seniman Ini Melukis 'Hanya' Bermodalkan Sinar Matahari dan Kaca Pembesar

Bagi yang akan menghabiskan banyak waktu di bawah sinar matahari, gunakanlah tabir surya spektrum luas dengan cukup.

Jika ingin memanfaatkan sinar matahari untuk mendapatkan vitamin D, kamu bisa menunda pemakaian sunscreen.

Namun, hal ini hanya berlaku sebentar saja, yaitu 5 hingga 15 menit, sesuai dengan waktu ideal mendapatkan sinar matahari.

Setelah itu, kamu tetap harus menggunakan sunscreen untuk mencegah dampak paparan sinar matahari berlebih.

Baca Juga: Tabir Surya dengan SPF Tinggi Tidak Memberikan Perlindungan yang Lebih Baik

Pemakaian sunscreen juga harus diulangi setiap dua hingga tiga jam sekali. (Wisnubrata) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kapan Waktu Terbaik untuk Mendapatkan Sinar Matahari?"

Artikel Terkait