Advertorial

Kisah Jurnalis yang Dipenjara Lebih dari 6 Tahun Tanpa Melakukan Kesalahan di Kota Paling Berbahaya di Dunia Ini, Letaknya Tak Jauh dari Indonesia!

May N
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Dipenjara lebih dari 6 tahun, jurnalis Iran ini mengungkap kekejaman kota paling berbahaya di dunia yang tidak diketahui orang lain
Dipenjara lebih dari 6 tahun, jurnalis Iran ini mengungkap kekejaman kota paling berbahaya di dunia yang tidak diketahui orang lain

Intisari-Online.com -Tidak ada yang lebih menyedihkan dari kenyataan bahwa saat ini, ada seseorang tidak bersalah yang justru harus mendekam di penjara.

Sayangnya itulah yang terjadi kepada jurnalis pria dari Iran yang harus mendekam lebih dari 6 tahun sebagai pelarian di negara asing yang tergolong sebagai negara paling berbahaya di dunia.

Behrouz Boochani yang berumur 36 tahun, kini telah bebas dan menikmati kehidupan aslinya.

Kelegaan meliputi wajahnya yang tersenyum lebar saat tiba di Selandia Baru setelah ia dibebaskan.

Baca Juga: Hanya Karena Tali Layang-layang, Leher Wanita Ini 'Terpotong' hingga Butuh 30 Jahitan, Dokter: Pasien Bisa Saja Kehilangan Nyawa

"Saya tidak akan kembali ke tempat itu," dilansir dari Guardian, Jumat (15/11/2019), segera setelah dia meninggalkan negara 'kurungan' tempat dia harus menjadi pelarian selama 6 tahun lebih.

"Setelah lebih dari enam tahun, saya hanya merasa sangat, sangat lelah," Ujarnya. "Namun saya sangat lega dapat segera pergi dari tempat itu."

Dalam masa penyekapannya, dia menyaksikan sendiri teman-temannya ditembak, ditusuk dan dibunuh oleh penjaga pulau seram itu.

Dia juga melihat yang lain meninggal karena sakit yang tidak diobati atau kerusakan mental yang kemudian membawa ke bunuh diri.

Baca Juga: Kisah Mila, Dulu Jago Pencak Silat Hingga Tampil di Depan Presiden Jokowi, Kini Dia Tak Berdaya di Atas Kasurnya Karena Derita Kista

Tempatnya disekap, Port Moresby,Papua New Guinea (PNG) sendiri merupakan tempat dengan tingkat kesenjangan sosial sangat tinggi, dan kejujurannya sebagai jurnalis membuatnya dipenjara selama delapan hari setelah melaporkan kelaparan yang ada di pusat kota.

Tidak hanya itu, dia juga menerima siksaan dua kali selama beberapa hari disebabkan berita-berita yang ia laporkan.

PenulisNo Friend But the Mountains itu merupakan koresponden tetap untuk Guardian dan outlet berita lainnya, sehingga dalam masa penyekapannya pun dia masih memberitakan kejadian sebenarnya di kota yang tergolong kota paling berbahaya di dunia tersebut.

Boochani yang seorang etnis Kurdi terpaksa melarikan diri dari negara kelahirannya setelah beritanya yang mendukung kemerdekaan suku Kurdi dan di tahun 2013 melarikan diri ke Australia.

Baca Juga: Mati-matian Diberi Label Wisata Murah, Pulau Komodo Justru Tak Direkomendasikan Gara-gara Dianggap Terlalu Murah

Tidak disangka, imigrasi Australia mengirimkannya ke negara yang tidak terduga karena status pelariannya.

Negara itu sendiri memiliki daftar panjang yang menjadikannya negara berbahaya di dunia.

Ibukotanya juga termasuk kota yang tidak ramah turis dan sangat berbahaya untuk dikunjungi.

Bangunan di kota tersebut selalu dikelilingi tembok tinggi dan kawat berduri, serta kamera CCTV.

Baca Juga: Duduk di Pinggir Jalan Dengan Tenang, Ternyata Tangan Pria Ini Putus, di Sebelahnya Ada Potongan Lengannya!

Banyak kawasan yang harus dihindari pada malam hari.

Kota dengan tingkat pengangguran sangat tinggi, sekitar 60% itu diperparah dengan maraknya penggunaan narkoba.

Di kota ini, rugby merupakan olahraga yang banyak diminati orang, tetapi tim terbaiknya dimiliki oleh gerombolan gangster yang menguasai kota.

Gangster tidak hanya mencuri, tetapi juga menggarong, membegal, membajak kendaraan bahkan memperkosa.

Baca Juga: Ramai Soal Telur yang Terkontaminasi dan Pabrik Tahu yang Gunakan Sampah Plastik, Ternyata Sampahnya dari Limbah Impor

Satuan pengamanan digunakan oleh semua orang tidak hanya ekspatriat tetapi juga oleh warga lokal.

Kota ini, Port Moresby, memang merupakan kota dengan tingkat kriminalitas tinggi.

Banyak penduduk yang juga masih menganut sistem kepercayaan animisme dan 'mengorbankan' orang lain untuk bagian ritual mereka.

Menariknya, harga hotel di sini justru lebih mahal daripada harga hotel di Tokyo dan New York.

Baca Juga: Gadis Muda Ini 'Hilangkan' perutnya untuk selama-lamanya, kerongkongan Langsung Disambung dengan Usus, Apa Penyebabnya?

Boochani sendiri segera setelah sampai di Australia justru dipindahkan ke Pulau Manus, salah satu provinsi di Papua Nugini, tetapi ia tidak hanya ditahan di Pulau Manus.

Port Moresby juga menjadi salah satu tempat penahanannya.

Pelarian yang ditahan tidak hanya dia, banyak muslim Rohingya yang juga ditahan di sana.

Artikel Terkait