Advertorial
Intisari-Online.com -Sebuah buku harian memilukan ditemukan setelah penulisnya, anak perempuan 11 tahun, meninggal dunia.
Anak perempuan itu meninggal dunia setelah mengalami siksaan dari orangtuanya.
Melansir Mirror, Selasa (5/11/2019), ia menuliskan bagaimana orangtuanya yang religius membiarkannya 'kelaparan sampai mati'.
Polisi Brasil melaporkan dia dipaksa untuk menjalani puasa, doa, dan olahraga oleh ibu dan ayah tirinya.
Baca Juga: Ada Penumpang Wanita Foto di Kokpit Pesawat, Seorang Pilot Dilarang Terbang Seumur Hidup
Anak bernama Perolla Pires itu bahkan beberapa waktu terakhir tidak pergi ke sekolah seperti anak-anak lain seumuruannya.
Dia tidak bersekolah selama lima bulan terakhir dalam hidupnya karena ia terlalu lemah untuk meninggalkan rumah.
Dia menggambarkan kengerian penderitaannya dalam 300 halaman tulisan tangan.
Buku harian itu dia sembunyikan di kamarnya di Ubatuba, Brasil tenggara.
Dia diduga menulis tentang dipaksa untuk pergi tanpa makanan dan air selama berhari-hari, melakukan latihan perut dan push-up dan berdoa dalam keheningan selama berjam-jam.
Pada hari Senin, ibunya Aline (26) dan ayah tirinyaEnri (47), didakwa dengan pelecehan fisik anak dan menyebabkan kematiannya yang tragis.
Saudara laki-laki korban yang berusia 8 tahun dan tidak disebutkan namanya, telah ditempatkan dalam perawatan layanan sosial dan kemungkinan akan diadopsi.’
Anak itu diduga dikurung di kamarnya di apartemen keluarga dan dihukum dengan rutinitas ketat ini ketika dituduh oleh orang tuanya dengan 'perilaku buruk' dan 'berbohong'.
Adik laki-lakinya yang berusia delapan tahun dilaporkan mengalami pelecehan serupa.
Beruntung dia selamat dari cobaan itu dan telah mendapat perawatan.
Baca Juga: Didiagnosis Giginya Akan Tumbuh dan Diberi Parasetamol, Bayi 7 Bulan Ini Meninggal Dunia
Kepala pengawas Ricardo Mamede mengatakan kepada FocusOn News,“Ayah tiri memiliki keyakinan agama yang kuat dan percaya bahwa anak-anak perlu diselamatkan, perlu menjadi lebih takut kepada Tuhan dan harus menyucikan diri.
"Ini hanya bisa terjadi melalui puasa."
Otopsi mengindikasikan penyebab kematian karena kekurangan kalori protein dan kelaparan yang berkepanjangan.
Polisi mengatakan, "Kami percaya Perolla menderita siksaan jangka panjang dan meninggal setelah dua hari kelaparan dan dipaksa untuk berolahraga dan berdoa.
Tetapi ada indikasi bahwa ia kekurangan gizi selama berbulan-bulan.
"Dalam buku harian itu dia menulis tentang sering melakukan olahraga perut dan berbagai kelenturan saat perut kosong."
Disebutkan pula Ibu gadis itu "roboh" ketika berhadapan dengan buku harian itu.
Baca Juga: Respons Putusan MA, Menkes Terawan Akan Buat Program yang Agar Dokter Spesialis Terjun ke Daerah