Advertorial

Kim Woo Bin Dilaporkan Kembali ke Dunia Hiburan K-Pop Setelah Didiagnosis Kanker Nasofaring, Ini Penyebab Utama Kanker Nasofaring

Mentari DP

Editor

Kim Woo Bin beristirahat dari dunia hiburan Korea karena dia didiagnosis menderita kanker nasofaring pada 2017 lalu.
Kim Woo Bin beristirahat dari dunia hiburan Korea karena dia didiagnosis menderita kanker nasofaring pada 2017 lalu.

Intisari-Online.com – Para penggemar drama K-Pop pasti mengenal aktor ganteng Kim Woo Bin.

Ya, Kim Woo Bin merupakan salah satu aktor popular di Korea Selatan.

Namun pada tahun 2017 silam, aktor berusia 30 tahun ini beristirahat dari dunia hiburan Korea karena dia didiagnosis menderita kanker nasofaring.

Kim Woo Bin lantas melakukan berbagai pengobatan. Hingga dia kabarkan sudah sehat kembali tahun lalu.

Baca Juga: Kasus Ijazah Ditahan Saat Masuk Kerja: Jangan Takut, Ini Dasar Hukumnya

Nah, di tahun 2019 ini, ada kabar bahwa aktor kelahiran 16 Juli 1989 ini akan kembali ke layar lebar.

Dilaporkan oleh Allkpop pada Rabu (6/11/2019), media online asal Korea Selatan, Kim Woo Bin dilaporkan akan menjadi pemeran utama dalam sebuah film baru dengan pemeran bertabur bintang termasuk co-bintang Ryu Jun Yeol dan Kim Tae Ri.

Kanker nasofaring

Dilansir dari kompas.com pada tahun 2009 silam dalam artikel berjudul “Inilah Gejala dan Penyebab Kanker THT (Nasofaring)”, kanker nasofaring merupakan keganasan yang menduduki peringkat terbanyak di bidang telinga, hidung, tenggorokan, dan kulit.

Pilihan pengobatan untuk kanker nasofaring adalah radiasi, tetapi akan memberikan hasil yang lebih baik jika diberikan kombinasi radiasi dan kemoterapi.

Baca Juga: Ingin Daftar CPNS 2019? Jangan Lupa Buat SKCK Online, Begini Cara Membuatnya

Menurut dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Budianto Komari, dalam penyuluhan kanker bagi masyarakat awam, pada 2009 di Jakarta, kanker nasofaring menempati urutan keempat terbanyak di antara semua jenis kanker.

Hasil pendataan di sejumlah RS rujukan memperlihatkan, ada rata-rata 100 kasus baru karsinoma nasofaring per tahun di RS Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, 70 kasus baru per tahun di RS Kanker Dharmais, 60 kasus baru penyakit itu setiap tahun di RS Hasan Sadikin Bandung.

"Angka kasus pada pria 2,18 kali lebih tinggi dibanding perempuan," ujarnya.

"Agar hasil terapi bisa optimal, deteksi dini sangat penting dilakukan," ujarnya.

Pada umumnya, gejala awal kanker nasofaring adalah telinga berdenging, rasa tidak nyaman, dan gangguan pendengaran satu sisi.

Gejala dini lainnya adalah berupa perdarahan ringan melalui hidung.

Pertumbuhan tumor ini juga dapat menyebabkan gangguan pada saraf otak.

Pada stadium lanjut kanker nasofaring, penyebaran sel-sel tumor ganas itu ditandai pembesaran atau benjolan padat pada leher.

Baca Juga: Viral Layangan Putus, Audrey, Hingga Fresh Graduate yang Tolak Gaji Rp8 Juta, Mengapa Orang Bisa Percaya Cerita yang Belum Tentu Benar?

Penyebab utama kanker nasofaring adalah infeksi virus Epstein Barr.

Namun, ada beberapa faktor lain yang memengaruhi atau memicu terjadinya penyakit itu, yaitu faktor lingkungan seperti iritasi oleh bahan kimia, kebiasaan memasak dengan asap, dan sering mengonsumsi ikan asin yang diawetkan dengan nitrosamine dalam jangka panjang.

Mereka yang di lingkungan kerjanya sering terpapar gas dan bahan kimia industri, peleburan besi, formaldehinda dan serbuk kayu juga berisiko terserang penyakit ganas ini.

"Mereka yang sering terpapar dupa atau kemenyan dalam jangka panjang rentan terkena karsinoma nasofaring," ujarnya.

Sejauh ini, terapi radiasi masih merupakan pilihan pengobatan untuk kanker nasofaring disertai kemoterapi, baik secara terpisah, maupun kombinasi.

"Yang perlu diperhatikan, terapi itu bisa menimbulkan efek samping di antaranya mulut terasa kering, mual, demam, infeksi, jamuran pada mulut, dan sariawan," ujarnya.

Baca Juga: Kisah Buruh Bengkel Asal Sukabumi yang Rakit Helikopter Sendiri: Ini Fakta-fakta Helikopter, Bisa Terbang Mundur dan Melayang Tanpa Bergerak

Artikel Terkait