Advertorial

Beli Klub 'Cupu' di AS, Teman Dekat Presiden Donald Trump Ini Malah Jadi Orang Terkaya, Kekayaannya Bahkan Capai Rp 96,6 Triliun!

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Robert Kraft membeli New England Patriots pada tahun 1994 dari pemiliknya yang lebih memilih tim Stallions.
Robert Kraft membeli New England Patriots pada tahun 1994 dari pemiliknya yang lebih memilih tim Stallions.

Intisari-Online.com - Robert Kraft membeli New England Patriots pada tahun 1994 dari pemiliknya yang lebih memilih tim Stallions.

"Tujuan saya membeli Patriots adalah membantu membawa kejuaraan ke New England," kata Kraft ketika ia mengambil alih tim itu sebagaimana diwartakan CNN.

Kraft membayar US$ 172 juta atau kurang lebih setara Rp 2,5 triliun untuk sebuah tim yang rata-rata hanya mencatatkan kurang dari 7 kemenangan dalam setiap musimnya.

Perlu diketahui sebelum sukses di dunia olahraga, Kraft telah membangun bisnis kertas.

Baca Juga: Ketahuan Atasan Tengah Memasak Nasi di Kantor Demi Menghemat Uang, Alasan di Balik Tindakan Pria Ini Sungguh Mulia

Setelah lulus dari Harvard Business School pada tahun 1965, dia memulai karirnya dengan Rand-Whitney Group, sebuah perusahaan kertas dan pengemasan yang dimiliki oleh ayah mertuanya.

Pada tahun 1968, Kraft mengakuisisi saham pengendali di perusahaan melalui pembelian leverage.

Empat tahun kemudian, dia mendirikan Produk Hutan Internasional, yang memperdagangkan komoditas hasil hutan, termasuk papan dan pulp, di seluruh dunia.

Kraft menumbuhkan konglomerat kertas dan kemasannya untuk menjadi salah satu eksportir terbesar di Amerika Utara.

Baca Juga: Kisah Gadis Berkaki 'Bola Basket', Setelah 19 Tahun Berlalu Kini Kondisi Gadis Ini Begitu Mengagumkan

Dia kemudian memulai Grup Kraft, sebuah perusahaan induk untuk bisnisnya di bidang olahraga dan hiburan, manufaktur dan distribusi kertas dan kemasan, pengembangan real estat, dan ekuitas swasta.

Grup Kraft memiliki Stadion Gillette, rumah dari Patriots, dan New England Revolution, klub Liga Utama Sepakbola. Stadion Gillette dibuka pada tahun 2002.

New England Patriots awal sukses dibawah Kraft.

Baca Juga: Hidup Tanpa Seorangpun Anggota Laki-laki, Begini Cara Perempuan Suku Pedalaman di Amazon Dapatkan Keturunan

Pada tahun 1996, dua tahun setelah dia membeli tim, tim membuat Super Bowl di bawah pelatih kepala Bill Parcells.

Kraft mengumumkan rencana untuk memindahkan Patriots ke Hartford, Connecticut, pada tahun 1998, tetapi kesepakatan itu gagal.

Pada tahun 2000, Patriots mempekerjakan Belichick sebagai kepala pelatih.

Patriots memenangkan Super Bowl pertama mereka pada tahun 2002, mengalahkan St Louis Rams di bawah Brady, yang mengambil alih awal musim karena cedera mulai quarterback Drew Bledsoe.

Baca Juga: Berpenghasilan Hingga Rp5 M, Petani Kangkung dan Buncis Asal Jatim Ini Ditangkap Polisi, Memang Apa Salahnya?

Ya, semenjakKraft membeli tim, Patriots telah memenangkan Super Bowl enam kali di bawah gelandang Tom Brady dan pelatih kepala Bill Belichick.

Mereka telah menjadi salah satu yang paling sukses dalam sejarah olahraga profesional.

Kraft, yang juga teman dekat Presiden Donald Trump telah menjadi raksasa olahraga pro, membantu mengubah NFL menjadi liga paling berharga di negara itu.

Baca Juga: Bungkuk dengan Kaki Penuh Varises, Seperti Inilah Postur Tubuh Pekerja Kantoran 20 Tahun Mendatang, Bisakah Kita Mencegahnya?

Bahkan menurut Forbes, kini Patriots bernilai US$ 4,1 miliar atau setara sekitar Rp 56 triliun.

Berdasarkan angka ini berarti nilai klubnya naik 2.283% sejak dibeli oleh Robert Kraft dan membawanya dalam jajaran salah satu orang terkaya di AS.

Kekayaannya kini mencapai US$ 6,9 miliar atau setara Rp 96,6 triliun.

Sedangkan menurut Forbes, kekayaan Donald Trump yakni USD 3,1 miliar atau sekitar Rp 43,8 triliun.

Baca Juga: Nelayan Ini Mendadak Kaya Setelah Temukan 'Kotoran Termahal di Dunia' Seharga Rp4,5 Milliar, Mengapa Harganya Semahal Itu?

Seperti yang sudah disebutkan, sebelum dibeli oleh Kraft, New England Patriots merupakan tim yang lemah dengan jummlah kemenangan kurang dari 7 kali setiap musimnya dan tak sekalipun meraih Super Bowl.

Lee Igel, seorang associate professor di Tisch Institute for Global Sport NYU, mengatakan:"Kraft membawa budaya tertentu ke bisnis dan waralaba."

"Dia benar-benar mengubah cara NFL dan pemiliknya memandang waralaba dan kemudian pandangan itu berkembang menjadi olahraga lain."

Baca Juga: Miris, Seorang Istri Tewas Bunuh Diri Tak Tahan Karena Kerap Diejek dan Dipermalukan Suaminya Gara-gara Ini

Artikel Terkait