Jablonski mengatakan, evolusi adalah usaha untuk bertahan hidup dalam kondisi tertentu, dan mutasi acak.
Ada elemen keberuntungan yang besar dan tidak ada elemen arah di dalamnya.
Makhluk hidup hanya berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Hal ini pun terlihat pada keberagaman Hominini di tahap evolusi awal.
Australopithecus afarensis, misalnya, berevolusi untuk memiliki pinggang seperti manusia agar bisa berjalan dengan dua kaki dan membawa benda.
Kemampuan ini sangat diperlukan untuk mengumpulkan makanan di padang rumput.
Sementara itu, Paranthropus robustus yang hidup di lingkungan kering berevolusi untuk memiliki rahang yang kuat agar bisa mengunyah makanan yang keras, dan Homo habilis yang memiliki otak yang besar membantu mereka untuk membuat alat-alat dari batu.
Namun, seiring dengan perkembangan alat-alat yang dapat dibuat, spesies Hominini yang lebih baru tidak lagi harus memilih antara gusi yang besar untuk mengunyah biji atau taring yang tajam untuk menyobek daging.
Menggunakan alat yang mereka ciptakan, Hominini yang lebih modern bisa memotong makanan mereka dan mengonsumsinya.
Alhasil, evolusi pun lebih memilih spesies dengan otak yang besar dan gigi yang lebih kecil untuk menciptakan lebih banyak alat yang bisa membantu mereka untuk berburu, menjelajah, dan menghindari ancaman.
Baca Juga: Kim Jong-un Perintahkan Warganya Kirim 100 Kg Tinja Per Hari atau Setara 3 Ton Sebulan, untuk Apa?
Jablonski berkata bahwa ketika spesies kita (Homo sapiens) muncul sekitar 200.000 tahun yang lalu, kita sudah dapat bertahan hidup dalam segala lingkungan dan kondisi.
Menggunakan alat-alat yang lebih canggih dari spesies lainnya, kita pun bisa bertahan hidup dan melalui berbagai perubahan iklim yang membunuh spesies Hominini lainnya.
Nah, bagaimana dengan makhluk-makhluk yang kini kita sebut kera?
Menurut Jablonski, mereka biasanya hidup di hutan sehingga kemampuan untuk memanjat pohon lebih dibutuhkan daripada berjalan dengan dua kaki seperti manusia.
Tanpa otak yang besar dan menghabiskan energi sekalipun, penelitian juga telah menunjukkan bahwa simpanse dan bonobo mampu membangun sarang mereka, menggunakan alat yang belum sempurna, menghargai keindahan, dan menangisi kematian komunitasnya.
“Ketika kita melihat saudara kera sekarang, mereka baik-baik saja berperilaku seperti kera.
Mereka melakukan apa yang dilakukan oleh simpanse, orangutan, dan gorila; dan mampu bertahan hidup tanpa menjadi manusia,” katanya.
“Tentunya itu dengan catatan manusia tidak menggunduli seluruh hutan mereka dan mengeluarkan mereka dari habitat aslinya.
Namun, itu adalah masalah yang berbeda,” ujarnya lagi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Ditanyakan Lagi, Ini Alasan Kera Tidak Berevolusi Jadi Manusia"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR