Sementara sebuah penelitian pada 2006 menyebutkan, orang yang terbiasa mengisap rokok mentol akan menemukan kesulitan untuk berhenti dibandingkan dengan perokok yang memilih rokok nonmentol.
Hal ini terkait sifat mentol yang dapat menghambat metabolisme nikotin, yang punya sifat adiktif.
Akibatnya, nikotin akan lebih lama tinggal di dalam tubuh dan sifat adiktifnya juga semakin lama.
Riset yang dilakukan Cancer Institute of New Jersey dan UMDNJ-School of Public Health ini melihat laju penghentian oleh perokok mentol dan nonmentol. Laju penghentian tersebut kemudian dipecah kembali berdasarkan ras.
Hasilnya, 43 persen ras Hispanik pengisap rokok mentol cenderung tidak berhenti dibandingkan dengan pengisap rokok biasa.
Sementara itu, 19 persen warga Amerika keturunan Afrika yang mengisap rokok mentol gagal berhenti merokok. Padahal, 71 persen dari etnik tersebut memilih rokok mentol.
"Bukti ini mendukung bahwa adanya mentol memengaruhi usaha stop merokok. Rencana pelarangan oleh FDA (Badan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat) masuk akal," ujar peneliti yang melakukan studi, seperti dilansir INTISARI dari kompas.com.
Ya, acara musik dan rokok mentol adalah perangkap 'tak kasat mata' produsen rokok untuk menjerat para remaja menjadi perokok. Mungkin seumur hidupnya.
Baca Juga: Audisi Umum Bulutangkis PB Djarum Akan Dihentikan Mulai Tahun Depan, Ini Alasannya!
KOMENTAR