Orang seperti Pak Sayuti Melik dapat menyumbangkan tulisannya. Pemuda kelahiran Sleman itu pejuang sejak muda.
Dari usianya yang kini 55 tahun setengah, 17 tahun ia habiskan dalam penjara. Tatkala berusia 25 tahun, sudah 8 tahun ia meringkuk dalam penjara Digul.
Ia mulai berjuang dalam usia 16 tahun, waktu itu pelajar Sekolah Guru di Solo. Salah satu gurunya dalam perjuangan ialah Ali Archam, baru kemudian menjadi murid Bung Karno.
Ia tertarik kepada PKI karena disanalah semangat radikal dan revolusionernya terpenuhi.
Kemudian setelah mempelajari ajaran Bung Karno dan buku-buku Marxisme-Leninisme lebih mendalam, dan kenyang keluar-masuk penjara, keyakinannya berubah.
Tetap menjunjung Marxisme, tetapi Marxisme yang diterapkan dalam kondisi-kondisi di Indonesia.
Pada tahun 1933 keluar dari penjara Digul, lalu bekerja seabgai “cattle attendant” (penjaga ternak) pada kapal asing.
Sekali waktu ia dibentak oleh Kapten kapal karena enggan menyerahkan tempatnya yang teduh dalam kapal untuk ternak-ternak.
Ia menetap di Malaya, bergerak di bawah tanah menjadi anggota Partai Komunis Malaya dan Ketua Liga Anti Imperialis Asia Tenggara.
Baca Juga: Perdebatan Malam Sebelum Proklamasi, Siapa yang Harus Tanda Tangan?
KOMENTAR