Intisari-Online.com - Kala itu Juli 1945, Sutan Sjahrir mencari Tan Malaka karena dianggap sebagai tokoh yang paling layak membacakan teks proklamasi.
Meskipun dikenal juga sebagai tokoh gerakan bawah tanah menentang Jepang, Sjahrir bukanlah sosok yang pantas, karena dia dianggap kurang begitu populer di kalangan masyarakat. Sedangkan Sukarno-Hatta adalah kolaborator Jepang.
Rudolf Mrazek dalam bukunya, Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia, menceritakan bahwa berbagai upaya telah dilakukan Sjahrir untuk mencari Tan yang 20 tahun berada dalam pelarian.
Setelah beberapa kali mencari, Sjharir akhirnya berhasil bertemu dengan Tan.
Tapi upaya Sjahrir gagal, Tan merasa tidak siap untuk membacakan teks proklamasi.
Sebenarnya sangat disayangkan, ketika proklamasi dikumandangkan, tidak ada sosok Tan Malaka di sana.
Apalagi mengingat bahwa konseptor pertama Republik Indonesia adalah Tan, ini tertuang dalam salah satu opus magnum-nya, Naar de Republiek Indonesia, yang ia susun tahun 1925 saat masih di Belanda.
Buku itu selanjutnya menjadi pegangan wajib tokoh-tokoh pergerakan nasional waktu itu, termasuk juga Sukarno.
Baca juga: Kisah Haru Anak Penjual Lontong yang Dilantik Jokowi Menjadi Paskibraka 2018
Tidak bisa hadir saat proklamasi bisa jadi menjadi penyesalan terbesar bagi tokoh sekaliber Tan Malaka.
Meski demikian, bukan berarti dia tidak mempunyai peran penting.
Beberapa literatur mengatakan, bahwa tokoh yang menggerakkan Sukarni dan rekan-rekannya, adalah Tan Malaka.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR