Orang-orang dengan gen supertaster (estimasinya 25 persen dari populasi) memiliki lidah perasa dan pengalaman lebih kuat terhadap sensasi rasa, terutama terkait rasa pahit.
Mereka cenderung memilih-milih makanan dan menolak sayur-sayuran, seperti bayam, brokoli, tauge, dan lainnya.
Ada pula faktor psikologis yang berdampak pada kesukaan dan ketidaksukaan seseorang terhadap makanan.
Misalnya, jika seseorang dipaksa makan brokoli ketika masih kecil, mereka akan cenderung menyimpan asosiasi negatif atau trauma dengan makanan tersebut, dan tidak akan memakannya ketika dewasa.
Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang tidak biasa menyertakan sayur-sayuran dalam jumlah yang cukup di pola makan hariannya.
Tapi jangan khawatir, karena ternyata otak kita bisa "diakali" agar mau mengonsumsi sayur sayuran.
Baca Juga: Termasuk Buah dan Sayuran, Enam Makanan Ini Kerap Menjadi Penyebab Keracunan, Jangan Asal Makan!
Agar otak beradaptasi
Menurut Patterson, kita mungkin tidak suka semua sayur-sayuran, tapi kita bisa melatih diri untuk makan lebih banyak.
Kita hanya butuh kemauan untuk mengubah gaya hidup dan mengadopsi kebiasaan baru.
Berpikir positif tentang menyertakan sayur-sayuran ke dalam makanan harian bisa membantu mengakali otak agar mau makan lebih banyak sayuran.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR