Belakang rumahnya persis terdapat sungai yang bisa dipakainya membuang jeroan atau isi perut anjing.
"Dijual sendiri dan dijual ke orang lain," kata Oni ketika ditanya pemasaran setelah proses olahan daging anjing.
Ketika ditemui, dia tengah membakar bulu halus anjing dengan menggunakan alat seperti peralatan las yang mengeluarkan api di ujungnya.
Timbul bau gosong menyengat.
Setelah membakar satu bagian tubuh, dia menggosoknya pakai cetok supaya bulu halus rontok.
Tidak ada luka sembelihan di tubuh anjing yang berwarna hitam legam itu.
Oni membuat tubuh tak berdaya itu dengan cara memukulnya di bagian kepala. Bukan disembelih.
"Diketok (dipukul) sekali saja, keras, cukup. Langsung mati. Nggak perlu berkali-kali," terangnya.
Untuk mematikan, dia mengikat anjing terlebih dahulu kemudian memasukannya ke dalam karung.
Kemudian, mencari sasaran yakni bagian kepala. Kepala anjing dipukul pakai stik kayu.
Menurut Oni, jika pengolahan anjing dengan cara disembelih seperti halnya kambing atau sapi itu akan mempengaruhi citarasa dari daging tersebut, daging tidak enak.
Terlebih lagi darah yang dikeluarkan akan muncrat berceceran.
Karena itu, dia harus bisa mematikan anjing tanpa darah berceceran.
Baca Juga: Tewaskan 20 Orang dan Puluhan Luka-luka, Penembakan Berdarah di Texas Didalangi Satu Pria
Pekerjaan itu sudah dilakoninya belasan tahun yang lalu.
Ia mendapatkan anjing untuk diolah menjadi makanan dari seorang teman yang merupakan pengepul anjing.
"Tidak tahu darimana anjingnya. Saya dapat dari teman (pengepul)," kata Oni.
Menurutnya, anjing yang dimatikan itu tentu saja anjing khusus konsumsi.
Bukan anjing peliharaan seperti pitbul, herder, pudel dan sebagainya.
Ketika ditanya bahaya penyakit rabies yang bisa saja menyerangnya saat menangani anjing, dia menanggapinya agak cuek.
"Lha wong sudah kayak gini dari dulu, mau kerja apa lagi?" ucapnya.
Meskipun demikian, dia tetap memilah dan memilih anjing yang hendak diolah.
Jika dari tampak fisik, anjing sudah kelihatan tidak sehat, kucel, dan kotor dia pun enggan membeli atau menerimanya dari pengepul.
Dia juga mempunyai warung masakan daging anjing di sekitar Terminal Tirtonadi Solo.
Menurutnya, pelanggan yang mampir ke warungnya ada yang memang berharap untuk kesembuhan penyakit asmanya, ada juga untuk tujuan lain.
"Ya katanya bisa ngobatin asma. Ada juga yang beli buat surungan (sajian makanan bersama miras)," imbuhnya.
Baca Juga: Berusia 6.000 Tahun, Pasangan Tengkorak Ini Saling Berpelukan dalam Kematiannya yang Romantis
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Menelusuri Bisnis Daging Anjing di Jateng : Sehari Sekitar 800 Ekor Anjing Dikonsumsi
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR