Advertorial
Intisari-Online.com -Seorang pilot menceritakan detik-detik mencekam saat dia berusaha mati-matian menghentikan seorang mahasiswi ingin terjun dari pesawatnya.
Melansir Mirror, Kamis (1/8/2019), Mahefa Tahina Rantoanina (33) bersama seorang penumpang Inggris, Ruth Johnson (51) berjuang memegangi Alana Cutland, seorang mahasiswi Universitas Cambridge.
Rantoanina, yang telah bekerja dengan Madagascar Trans Air selama 13 tahun, tengah menerbangkan penumpang dengan Cessna 182-nya dari Anjajavy ke Antananarivo, Madagaskar, pada 25 Juli.
Pilot itu sadarbahwa ada masalah ketika dia mendengar Ruth menjerit.
Dia berbalik dan melihat Alanatelah berjongkok di pintu pesawat.
Selama insiden mengerikan itu, dia mengungkap bahwa Alana 'benar-benar diam'.
Rantoanina mengatakan kejadian itu terjadi tak lama setelah pesawat lepas landas.
Dia mengatakan kepada The Sun,"Saya baru saja lepas landas dan saya masih mendaki ketika tiba-tiba ada angin dan Ruth mulai berteriak. Aku berbalik dan melihat Alanajongkok di (pintu) pesawat.
Dia mengungkapkan bagaimana dia berjuang untuk menerbangkan pesawat saat dia memegangi Alana tetapi akhirnya terlepas dari genggamannya.
Baca Juga: Ajakan Berkencan Ditolak oleh Awak Kabin Pesawat, Pria 65 Tahun Nekat Bikin Ancaman Bom Palsu
“Saya segera menaikkan pesawat untuk mencoba dan menjaga kita tetap di jalur, kemudian saya meraih dan memegang pintu.
“Aku sedang berusaha untuk menutupnya ketika Ruth memegangi kaki Alana. Saya mencoba untuk terbang dan menghentikannya agar tidak jatuh pada saat yang bersamaan. Saya benar-benar ketakutan, kami semua," ujar Rantoanina.
Ruth Johnson, yangmerupakan teman Alana, sangat trauma dengan kejadian itu dan mengatakan dia terlalu kesal untuk bisa memanggil orang tua Alana setelah pesawat mendarat.
”Ruth histeris, dia berteriak dan setelah kami menutup pintu aku memutar pesawat dan mendarat di bandara."
Sementara keluarga Alana mengatakan mungkin penyebabnya adalah masalah kesehatan mental terkait obat anti-malaria. Meski begitu mereka tak percaya bahwa anak itu akan mengambil nyawanya sendiri.
Baca Juga: Keceplosan, Maskapai Penerbangan Ini Ungkap Tempat Duduk Paling Mematikan Jika Kecelakaan Pesawat
Pamannya mengatakan kepada Mail Online,"Dia jatuh sakit setelah berada di sana selama beberapa hari dan ketika dia berbicara dengan ibunya di telepon dua hari sebelum kecelakaan, dia bergumam dan terdengar sangat tidak koheren.
"Kami pikir dia menderita reaksi parah terhadap beberapa obat tetapi bukan obat anti-malaria karena dia membawa obat itu dalam perjalanannya tahun lalu ke China tanpa efek samping."
Mahasiswiberusia 19 tahun, yang meneliti kepiting sebagai bagian dari gelar ilmu alamnya, diduga tewas jatuh dari ketinggian 3.700 kaki (sekitar 1.127 meter).
Namun menurut laporan, tubuhnya belum ditemukan hingga meski polisi telah berusaha mencarinya dengan bantuan warga setempat.