Advertorial

Berurai Air Mata, Juraida Ceritakan Kronologi Perahu Tenggelam yang Renggut Nyawa Anak

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Sekeluarga asal Kabupaten Ketapang diketahui menjadi korban tenggelamnya perahu penyeberangan saat menyebrangi sungai Landak.
Sekeluarga asal Kabupaten Ketapang diketahui menjadi korban tenggelamnya perahu penyeberangan saat menyebrangi sungai Landak.

Intisari-Online.com - Sekeluarga asal Kabupaten Ketapang diketahui menjadi korban tenggelamnya perahu penyeberangan saat menyebrangi sungai Landak, Kalimantan.

Mereka berangkat dari Desa Parit Mesegi 1, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, menuju Parit Timur, di wilayah Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, pada Jumat (21/6/2019) malam.

Juraida (38) ibu dari tiga anak sekaligus istri dari anggota TNI Eko Kusdianto (Korban), menceritakan kronologikejadian.

Dengan suasana teduh dan penuh tetesan air yang mengalir membasahi kedua bola matanya, ia menceritakan kejadian memilukan itu.

Baca Juga: 30 Karyawan PT KAI Terpaksa akan Bercerai Setelah Perusahaan Keluarkan Kebijakan yang Dianggap Kontroversial Ini

Awalnya, satu keluarga ini setiap tahunnya selalu berkunjung ke Pontianak, karena di kota ini adalah pusat terbesar keluarganya.

Eko Kusdianto seorang TNI yang bertugas di Kodim 1203 Ketapang, sedangkan Juraidah adalah Guru yang mengajar di MTS 01 Ketapang.

Dalam waktu bersamaan kedua pasangan ini berniat untuk berkunjung di tempat keluarganya di Kota Pontianak dan di Yogyakarta.

Karena suami mendapatkan cuti tahunan dan istri masih dalam libur panjang, maka mereka berdua memanfaatkan momen libur tersebut berkunjung di tempat keluarga.

Baca Juga: Sering Begadang dan Baru Tidur di Atas Jam 12, Pria Ini Alami Sakit Parah, Bahkan Sampai Koma

Pada Jumat (21/6/2019) mereka pun tiba di Rasau jaya Kabupaten Kubu Raya menggunakan transportasi laut.

Sepasang kekasih ini pun juga membawa ketiga anaknya untuk berkunjung bersama sama menikmati suasa libur panjang bertemu saudara, bibi, dan neneknya.

"Jumat saya beserta suami dan anak, nyampai di Rasau jam 4.00 WIB, lanjut mampir dirumah teman di Rasau jaya, pada pukul 10.00 WIB kami diantar di parit Masigi sungai Ambawang bertemu sanak keluarga disana, sekalian berlebaran dan istirahat," ungkap Juraida.

Lanjut pada Pukul 18.15 WIB abis magrib, mereka rencana kembali berkunjung ditempat keluarga di parit Timur desa Mega timur kecamatan Ambawang.

Baca Juga: China Jadi Negara Paling Tak Jujur dalam Hal Kembalikan Dompet, Indonesia Ungguli Malaysia, Swiss di Peringkat Pertama

Menggunakan sampan (Robin) sampan tersebut merupakan sampan keluarga yang digunakan untuk transfortasi dari seberang ke parit Masigi, maupun arah Parit Mega Timur, begitu juga sebaliknya.

"Setiap kami ke Pontianak selalu mampir parit timur, cuman tahun kemaren, keluarga dari parit timur yang berkunjung di parit Masigi, jadi kami tidak berkunjung lagi menyebrang disana.

Jadi Tahun ini karena waktunya mepet hari ini Sabtu (22/6/2019) kami sudah pesan tiket mau berangkat Yogyakarta, jadi kami inisiatif jumat kemaren mampir di keluarga parit timur pukul 18.25 WIB setelah ba'da magrib," ujarnya.

Kemudian keluarga dari Parit Mega timur menjemput Juraida beserta suami dan kedua anaknya, menggunakan Robin (nama sampan) transportasi air, milik kelurga besar mereka.

Baca Juga: Masih Ingat Remaja yang Nikahi Nenek 71 Tahun? Ini Kabar Terbaru Mereka, Langgeng dan Sang Suami Jadi Buruh Serabutan Demi Beli Beras

Pada saat itu, satu anaknya tinggal di rumah bibinya di Parit Masigi.

Kemudian mereka berempat pun bergegas pergi menggunakan sampan tersebut, dimana saat itu Imam, selaku pengemudi sampan sudah siap mengantar mereka ditempat tujuan.

Tapi nahasnya ketika dipertengahan jalan, sampan bocor sehingga air masuk, membuat oleng kapal sehingga tenggelam.

"Kondisi sampan masih bagus cuman ada sedikit air masuk dan itu tidak banyak hanya rembes aja tapi memang sudah sering dipakai jadi tidak masalah.

Baca Juga: Divonis 20 Tahun Penjara, Jessica Wongso Dikabarkan Tampak Jadi Pendiam Setelah 3 Tahun Dipenjara

Ketika keluar dari parit Masigi arah keluar dari muara tiba tiba sampan kami itu ada bunyi, kretek seperti kayak ada yang patah langsung airnya masuk," ceritanya.

Lanjutnya Juraida menambahkan, bayangan ia perahunya itu seperti terbelah.

Seketika itu air masuk dibagian paling depan, pada saat itu suami nya duduk paling depan celana suaminya sudah basah, suaminya pun berdiri gendong anaknya yang masih kecil itu.

"Begitu suami saya berdiri sampan semakin oleng, langsung nyungsep semuanya pada panik, kecebur semua, terlihat suami saya mengangkat anaknya ke atas, anak yang paling besar terlihat kalap tengelam timbul.

Baca Juga: Nekat Kendarai Motor Bonceng 5, Keluarga Ini Tidak Didenda atau Dihukum, Polisi Justru Lakukan Hal Mengharukan

Jadi suami saya inisiatif masih bisa menolong, saat anak saya tengelam suami saya selalu terlihat mengangkat anak untuk mendapatkan oksigen," ujarnya juraida

Seketika itu suami dan dua anak tersebut tidak mengeluarkan suara, sibuk dengan kepanikannya masing-masing sedangkan istri terlihat terapung.

"Tinggal saya mengapung sendiri sebenarnya saya tidak bisa berenang, tapi mukjizat Tuhan badan saya tidak tenggelam saya tetap terapung, posisi saya terlentang, saya pun minta tolong dan pada saat itu suami saya masih terlihat berusaha menolong kedua anaknya," tambahnya.

Sementara itu Juraida menegaskan imam pengemudi sampan posisinya dekat dengan anaknya yang paling besar, dan berusaha menolongnya juga.

Baca Juga: Hilang Setelah Nonton Metallica, Kasus Terungkap dari Dua Kasus Lain

Karena imam badannya terlalu kecil , jadi ia tidak mampu menarik anak tersebut sehingga imam menepi mencari bantuan.

"Nahasnya kondisi saat itu sangat sepi Ndak ad orang, kemudian saya minta tolong sekuat tenaga sehingga ada warga yang mendengar, barulah mereka berusaha menyelamatkan kami, Sampan pertama dua orang selanjutnya di ikuti dengan sampan sampan yang lainnya," tuturnya.

Sampan pertama menyelamatkan mereka bertiga, Saat proses penyelamatan itu suami Juraida, posisinya masih dibawah kedua anaknya yang paling besar.

"Ketika warga menarik anak pertama dan diikuti dengan anak kedua suami saya sudah tidak ada dan menghilang, saya mencoba gapai dengan kaki, tetapi suami saya sudah tidak ada dia menghilang dan saat itulah ia hanyut," lirih Juraida bersimbah air menetes dikedua bola matanya saat ditemui Tribunpontianak.co.id di ruangan anak di Rumah Sakit Yarsi Tanray dua Pontianak.

Ia juga menambahkan setelah dievakuasi dibawa ke rumah warga di Parit Timur, suasana saat itu anak saya yang bungsu menangis histeris.

Baca Juga: Kisah Eva Yanthi Arnaz, Mantan Artis Film Panas Tahun 70-an yang Kini Jualan Lontong Sayur untuk Menyambung Hidup

Warga memberikan pakaian dan memberikan minyak di badan anak saya, dan saya saat itu kedinginan dan diberikan pakaian juga kepada warga.

Selanjutnya anak yang paling besar kondisinya sudah lemah dan pingsan, warga pun bergegas mencari pertolongan pertama dengan dipompa dan diberikan nafas buatan.

Sempat muntah ketika itu langsung dibawa meminta pertolong ke mantri cuman tidak ada alat medis direkomendasikanlah bawa ke Rumah sakit Yarsi Pontianak.

"Tapi pada saat itu menunggu lama karena angkutan untuk membawa anak saya kerumah sakit lambat datang, pada saat itu saya tidak ikut dirumah sakit saya masih dirumah warga, karena warga melihat kondisi anak tertua saya sudah kritis," imbuhnya

Lanjutnya pada pukul 23.00 WIB, ia ke Rumah sakit terlihat jenazah anaknya sudah dibawa pulang ke sungai Ambawang, dan subuh harinya jenazah sudah diberangkatkan ke Ketapang, jadi saat itu ia hanya bisa menjenguk anaknya yang bungsu.

Baca Juga: Percayalah, Pernikahan Tak Cukup Hanya Modal Cinta, Sikap Ini yang Lebih Penting

Ketika ditanya perihal kesehatan anaknya yang bungsu, dimana saat ini terbaring di RS Yarsi Juraida mengatakan kondisi saat ini anaknya terlihat baik baik saja tapi ia belum dapat kepastian hasil visit dari dokter perkembangan anaknya tersebut.

Dengan adanya peristiwa ini Juraida berharap dan berpesan agar pemerintah terutama lembaga terkait agar dalam mengevakuasi korban tenggelam bisa ditindak secepatnya setidaknya dilakukan Fatroli atau pembuatan Pos pos penjagaan di tepi sungai.

"Harapan dari segi team penyelamat harus siap stanby di pesisir sungai , berupa patroli atau pos didaerah daerah rawan lebih bisa membantu apabila terjadi kecelakaan pada saat tidak diduga, seperti kemaren kondisi malam tidak ada orangnya warga pun sepi pertolongan agak lambat datangnya," himbaunya.

Lanjutnya karena wargapun tidak begitu sigap mereka juga masih belum paham, dan peralatan seadanya, tapi kalau petugas mereka sudah tanggap dengan hal hal itu.

"Apa yang harus dilakukan kemudian bagaimana cara memberikan pertolongan dengan cepat. Saya harap pemerintah adakan patroli diposisi yang rawan," pungkasnya kepada Tribun. (Juli Basara)

Baca Juga: Ingat Penjual Bakso yang Beri Mahar Mobil Fortuner? Mobil Itu Kini Ditahan Polisi, Ini Faktanya!

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Berurai Air Mata, Juraida Ceritakan Peristiwa Perahu Tenggelam di Sungai Landak Renggut Nyawa Anak

Artikel Terkait