Sejak saat itu, Gunung Everest menjadi populer di kalangan pendaki di seluruh dunia.
Dikutip dari laman AsiaOne.com, Selasa (28/5/2019), izin yang ditetapkan pemerintah Nepal musim ini, tiket mendaki Gunung Everets dipatok harga USD 11 ribu atau sekitar Rp 158 juta.
Bisnis pendakian Everest meningkatkan mata uang asing yang sangat dibutuhkan bagi negara Himalaya itu.
Setidaknya, 140 orang lainnya diberikan izin untuk mendaki dari sisi utara di Tibet.
Akhir musim pendakian bulan Mei akan ditutup minggu ini, tapi jumlah pendaki yang naik ke Everest belum dirilis.
Korban tewas termasuk empat pendaki dari India dan masing-masing satu dari Amerika Serikat, Inggris dan Nepal.
Seorang pendaki gunung Irlandia diduga tewas setelah dia terpeleset dan jatuh di dekat ke puncak.
Pendaki Austria dan Irlandia lainnya tewas di sisi utara Tibet.
Ssatu orang India yang meninggal di sisi Nepal, Nihal Bagwan, 27 tahun, harus menunggu lebih dari 12 jam dan meninggal dalam perjalanan kembali dari puncak.
Donald Lynn Cash, 55, pingsan di puncak ketika dia mengambil foto, sementara Anjali Kulkarni, 55, meninggal saat turun setelah mencapai puncak.
Penyelenggara ekspedisi Kulkarni, Arun Treks, mengatakan lalu lintas padat di puncak Everest telah menghambat orang yang ingin turun dan menyebabkan tragedi itu. (Rizky Tyas)
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Pendaki Ceritakan Kondisi Mencekam Kemacetan di Gunung Everest: Tak Ada Pilihan Selain Melanjutkan
Baca Juga: Seperti Ini Rasanya Tinggal di Base Camp Gunung Everest
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR