Ketiga, membantu menurunkan berat badan. Pola makan mentahan ini tampaknya efektif membantu orang menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Seperti terungkap dari sebuah penelitian yang mengaitkan diet mentahan dengan jumlah lemak tubuh yang lebih rendah.
Penelitian lain menunjukkan, mereka yang menjalani diet mentahan selama lebih dari 3,5 tahun kehilangan sekitar 10–12 kg. Mereka juga memiliki persentase lemak tubuh total antara 7–9,4% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang makan makanan khas Amerika.
Keempat, membantu meningkatkan pencernaan. Ini karena diet mentahan memberi banyak serat dalam makanan. Baik serat larut dan tidak larut. Serat yang tidak larut akan menambah massa feses sehingga membuat lebih cepat bergerak melalui usus kita. Hasilnya? Kecil kemungkinan kita mengalami sembelit.
Sedangkan serat larut menjadi makanan bakteri baik di usus kita. Pada gilirannya, bakteri baik ini menghasilkan nutrisi seperti lemak rantai pendek yang membantu mengurangi peradangan di usus.
Mereka juga memperbaiki gejala sindrom iritasi usus besar, penyakit Crohn (penyakit radang usus kronis yang memengaruhi lapisan saluran pencernaan), dan kolitis ulseratif (sebuah penyakit yang menyebabkan peradangan pada dinding saluran pencernaan; dikenal juga dengan nama radang usus besar).
Baca Juga : Cerdas Berdiet saat Puasa: 7 Strategi Jitu yang Harus Anda Ketahui
Produk lokal
Sama seperti diet-diet yang tak lazim di mata awam, diet ini pun tak lepas dari pro kontra. Misalnya, menurut Megan Fox, artis dan pelaku diet mentahan, diet mentahan butuh lebih sedikit kalori untuk memperoleh lebih banyak nutrisi. Ia pun merasa lebih kenyang dibandingkan makan masakan yang dimasak.
Akan tetapi pernyataan itu disanggah Keri Glassman, ahli gizi di New York, AS. “Situasinya tidak selalu demikian. Tergantung dari nutrisi tertentu yang Anda harapkan – dan bahan-bahan makanan yang ingin Anda harapkan darinya – makan mentahan mungkin lebih baik untuk memperoleh beberapa tujuan, sementara memasak bisa jadi meningkatkan asupan vitamin dan mineral lainnya.”
Sophie Navita, presenter dan aktris, mencoba mengambil jalan tengah. Ia sudah biasa makan makanan utuh yang tidak diproses terlalu banyak. Seperti saat mau makan singkong, ya hanya dicuci, dikupas, lalu direbus. Bukan dibuat keripik dengan banyak campuran bahan-bahan yang tidak alami.
Menurut Sophie, makanan utuh merupakan makanan yang seharusnya lebih mudah dicerna oleh manusia. Sebelum menjalani diet mentahan, ia mempelajari bermacam diet. Mulai dari golongan darah sampai food combining. Hasilnya, ia malah bingung.
Sampai akhirnya istri dari penyanyi Pongki ini berkenalan dengan raw food. Namun ia tidak menyarankan semua orang untuk 100% raw food. Intinya dikombinasikan.
Baca Juga : Kisah Gadis 2 Tahun yang Terbaring Hidup di Samping Jenazah Ibunya yang Telah Meninggal 9 Hari
Meski beberapa nutrisi sensitif terhadap panas, ada beberapa yang tak terpengaruh. Misalnya vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Ada beberapa hal yang bisa Anda pertimbangkan, terlepas mau mengonsumsinya mentah atau dimasak.
Pertama, belilah produk lokal. Beberapa vitamin hilang selama pengiriman dan penyimpanan. Berkaitan dengan penyimpanan, simpan buah-buahan seperti tomat di suhu kamar alih-alih di dalam lemari es. Ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses pematangan dan meningkatkan tingkat likopen yang berguna bagi tubuh.
Kedua, siapkan buah dan sayur tepat sebelum Anda membutuhkannya. Untuk menghindari kehilangan vitamin yang larut dalam air, seperti kelompok vitamin B dan vitamin C, masaklah dengan air yang minim atau malah tanpa air sama sekali. Dengan memanggang contohnya. Saat merebus atau mengukus, manfaatkan air rebusan atau air kukusan untuk membuat kuah atau sop.
Sedangkan untuk meningkatkan vitamin yang larut dalam lemak, olahlah sayuran dengan sedikit minyak. Tumis bisa jadi pilihan.
Terakhir, seperti saran Sophie, seimbangkan asupan Anda. Nikmati sayuran mentah yang renyah untuk menambah vitamin C , dan masak yang lain untuk memperoleh perlindungan antioksidan.
Siap menjalani diet raw food?
Baca Juga : Kisah Gadis 2 Tahun yang Terbaring Hidup di Samping Jenazah Ibunya yang Telah Meninggal 9 Hari
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR