Advertorial

Jokowi Sebut Ibu Kota Harus Pindah karena Jakarta Berada di Kawasan Ring of Fire, Apa Itu? Ini Penjelasan Lengkapnya

Ade S

Editor

Presiden Jokowi menegaskan bahwa salah satu alasan utamanya memindahkan ibu kota Indonesia adalah posisi Jakarta yang berada dalam Ring of Fire.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa salah satu alasan utamanya memindahkan ibu kota Indonesia adalah posisi Jakarta yang berada dalam Ring of Fire.

Intisari-Online.com -Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pemerintah sangat serius dalam membahas wacana pemindahan ibu kota Indonesia.

Jokowi menyebutkan ada beberapa alasan pemerintah sangat mempertimbangkan kemungkinan pemindahan ibu kota.

Salah satunya adalah karena Jakarta berada dalam kawasan Ring of Fire yang membuatnya sangat rawan mengalami bencana alam.

"...dari sisi lingkungan terutama yang berkaitan dengan kebencanaan, memang kita tahu semuanya Jakarta berada di ring of fire," demikian ujar Jokowi dalam acara buka puasa bersama pimpinan lembaga tinggi negara di Istana Negara, Senin (6/5/2019), seperti dilansirINTISARIdariKontan.

Baca Juga : Kawasan Maja Ditawarkan Jadi Ibu Kota Negara Indonesia, Memang Apa Sih Kelebihannya?

Dikemukakannya kembali istilahring of fire rasanya patut untuk menjadi alasan untuk kita kembali mengingat dan mengetahui lebih dalam tentangring of fire serta dampaknya.

Ya, seperti kita ketahui, Bumi bukanlah benda yang pejal, namun terdiri atas lapisan atau kerak. Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan.

Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat.

Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah.

Baca Juga : 3 Calon Kuat Ibu Kota Baru Indonesia dan Fakta Kota Palangkaraya, Kota yang Diinginkan Bung Karno Jadi Ibu Kota Baru

Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Ada tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.

Tujuh lempeng yang besar itu adalah (1) Pasifik, (2) Amerika Utara, (3) Amerika Selatan, (4) Afrika, (5) Eurasia (lempeng tempat Indonesia berada), (6) Australia, dan (7) Antartika.

Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).

Di bawah lempeng-lempeng inilah arus konveksi berada dan astenosfer (lapisan dalam dari lempeng) menjadi bagian yang terpanaskan oleh peluruhan radioaktif seperti Uranium, Thorium, dan Potasium.

Bagian yang terpanaskan inilah yang menjadi sumber dari lava yang sering kita lihat di gunung berapi dan juga sumber dari material yang keluar di pematang tengah samudera dan membentuk lantai samudera yang baru.

Magma ini terus keluar ke atas di pematang tengah samudera dan menghasilkan aliran magma yang mengalir kedua arah berbeda dan menghasilkan kekuatan yang mampu membelah pematang tengah samudera.

Pada saat lantai samudera tersebut terbelah, retakan terjadi di tengah pematang dan magma yang meleleh mampu keluar dan membentuk lantai samudera yang baru.

Kemudian lantai samudera tersebut bergerak menjauh dari pematang tengah samudera sampai akhirnya bertemu dengan lempeng kontinen (benua) dan akan menyusup ke dalam karena berat jenisnya yang umumnya berkomposisi lebih berat dari berat jenis lempeng kontinen.

Baca Juga : Jika Rencana Pemindahan Ibu Kota Indonesia Terjadi, Bagaimana Nasib Jakarta?

Penyusupan lempeng samudera ke dalam lempeng benua inilah yang menghasilkan zona subduksi atau penunjaman dan akhirnya litosfer akan kembali menyusup ke bawah astenosfer dan terpanaskan lagi. Kejadian ini berlangsung secara terus-menerus.

Nah, daerah pertemuan lempeng ini umumnya banyak menghasilkan gempa bumi. Jika sumber gempa bumi ini ada di samudera maka besar kemungkinan terjadi tsunami.

Pertemuan dari lempeng-lempeng tersebut adalah zona patahan dan bisa dibagi menjadi tiga kelompok: (1) patahan normal (normal fault), (2) patahan naik (thrust fault), dan (3) patahan geser (strike slipe fault).

Selain ketiga kelompok tadi, ada satu lagi yang biasanya disebut tumbukan atau obduction dimana kedua Bnaik berhubungan dengan compressional atau tegasan atau dorongan. Patahan geser banyak berhubungan dengan gaya transformasi. Indonesia ada dimana?

Indonesia terletak di pertemuan lempeng Australia dan Eurasia dengan lempeng Australia menyusup ke dalam zona Eurasia sehingga membentuk zona subduksi sepanjang Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, Timur dan melingkar di Banda. Sedangkan Irian Jaya adalah tempat bertemunya beberapa lempeng yaitu Australia, Eurasia, Pasifik, dan Filipina.

Akibat dari terbentuknya zona subduksi inilah maka banyak sekali ditemukan gunung berapi di Indonesia. Makanya orang-orang banyak menyebut daerah kita sebagai Ring of Fire (Cincin Api).

Jadi, jangan kaget kalau di negara kita sering dilanda gempa bumi dan tsunami karena daerah kita dibatasi oleh pertemuan lempeng-lempeng besar di dunia.

(Agus Surono)

Baca Juga : Jika Jokowi Putuskan Ibu Kota Pindah ke Luar Jawa, Kekhususan Pemerintahan Jakarta Akan Hilang

Artikel Terkait