Mackar pun mengingatkan, jika mencukur rambut kemaluan wanita bisa berisiko iritasi dan membuat folikel rambut yang tertinggal terinfeksi.
Bahkan, mencukur rambut kemaluan juga dapat meninggalkan luka mikroskopis.
"Ketika iritasi itu dikombinasikan dengan lingkungan yang hangat dan lembab di area kelamin, ini mendatangkan risiko berkembangnya bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit," papar Mackar.
Untuk diketahui, rambut kemaluan di daerah genital juga membantu meminimalkan kontak kulit dengan seseorang yang mungkin sudah memiliki penyakit menular seksual.
Ini terjadi karena rambut di area vital akan membantu mencegah kontraksi.
"Mencukurnya bisa sangat merugikan karena membuat wanita berisiko lebih tinggi terkena penyakit kelamin, seperti kutil kelamin," kata Mackar.
Hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan ringan yang tidak nyaman, seperti luka bakar, kemerahan, lecet dan gatal.
Mencabut rambut kemaluan pun dapat menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi.
Bahkan, dapat menimbulkan rasa sakit yang berakibat pada infeksi atau radang, atau yang dikenal dengan folikulitis.
Dalam banyak kasus, folikulitis akan hilang dengan sendirinya.
Namun, jika terjadi dalam kondisi parah, dokter biasanya memberikan antibiotik untuk mengobati kondisi tersebut.
Baiknya jika ingin mencukur rambut kemaluan, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.(Gazali Solahuddin)
Artikel ini telah tayang di GridHealth.id dengan judul “Jangan Cukur Rambut Kemaluan Wanita, Risikonya Tak Seindah Apa yang Kita Lihat”
Baca Juga : Haruskah Mencukur Rambut Kemaluan Saat Pertama Kali Berhubungan Seks?
Artikel ini adalah bagian dari kampanye #pedulitubuhmu yang dibuat Intisari. Nantikan infografis-infografis menarik berisi fakta-fakta kesehatan di akun Instagram @pedulitubuhmu.
Source | : | Gridhealth.id |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR