Aliran cairan ini berperan dalam kembalinya beberapa fungsi pembuluh darah dan memicu rangkaian reaksi kimia pada beberapa area otak yang bertanggungjawab untuk bertahan hidup.
Beberapa sel neuron bahkan secara aktif merespons pemberian obat, dan menunjukkan aktivitas listrik, yang sebelumnya dianggap mustahil pada sel mati.
Namun, tidak satu pun dari 32 otak babi yang dijadikan subjek penelitian menunjukkan aktivitas listrik yang diasosiasikan dengan kesadaran.
Riset ini semula bertujuan untuk menentukan apakah sistem sirkulasi di otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari beberapa menit (sesuai pengertian mati otak) dapat bertahan dan kembali bekerja secara normal.
Baca Juga : Dikenal Buas, Gorila-gorila Liar Justru Mau Berpose Demi 'Selfie' dengan Orang-orang Luar Biasa Ini, Lucu!
Temuan ini mengungkap bahwa otak memiliki kemampuan restorasi yang lebih baik dari perkiraan selama ini.
“Studi ini menantang asumsi yang selama ini beredar, bahwa otak mamalia akan mengalami kerusakan yang permanen beberapa menit setelah darah berhenti mengalir.
Ini juga dapat memunculkan kemungkinan bahwa kita dapat menyelamatkan otak seseorang bahkan setelah jantung dan paru-paru berhenti bekerja”, jelas Stuart Youngner dan Insoo Hyun, pakar neurosains yang menulis komentar pendamping di jurnal Nature.
Penemuan bahwa otak masih mampu bertahan hidup setelah “mati” selama berjam-jam membuka dilema etika yang perlu kita pertimbangkan.
Baca Juga : Kehidupan Primitif Suku Asli Amazon Terungkap Lewat Foto-foto Ini, Sungguh Menakjubkan
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR