Sistem saat ini tidak memadai
Sutopo Purwo Nugroho, juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, menulis diakun Twitter-nya, untuk meminta pemerintah untuk membangun sistem baru yang dapat memantau tsunami non-seismik.
"Indonesia belum memiliki sistem peringatan dini tsunami untuk mereka yang disebabkan oleh tanah longsor bawah laut dan letusan gunung berapi.”
“Sistem peringatan dini saat ini adalah untuk aktivitas gempa bumi.”
"Jadi, Indonesia harus membangun sistem peringatan dini untuk tsunami yang ditimbulkan oleh tanah longsor bawah laut dan letusan gunung berapi,” tulisnya.
Ring of Fire
Tsunami Banten yang terjadi pada Sabtu malam diduga disebabkan oleh batuan yang meleleh keluar dari gunung berapi Anak Krakatau.
Hal ini lantas memicu serangkaian tanah longsor di bawah air, mendorong air naik dan menyebabkan gelombang yang tumbuh setinggi tiga meter.
Diketahui, Gunung Anak Krakatau berada di Ring of Fire, area aktivitas tektonik tinggi yang membentang di sebagian besar Pasifik.
Ring of Fire atau cincin api sendiri merupakan serangkaian gunung berapi yang terbentuk dari satu lempeng didorong di bawah lempengan lainnya ke dalam mantel melalui proses yang disebut subduksi.
Biasanya inilah yang membuat sejumlah Negara yang berada di zona Ring of Fire sering mengalami gempa bumi hingga tsunami.
Dan Indonesia, salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sebagian besar berada di zona Ring of Fire.
Menurut Program Vulkanisme Global Smithsonian, Indonesia memiliki lebih dari 1.115 gunung api dan lebih dari 125 di antaranya masih aktif. Termasuk Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga : Istri Ifan 'Seventeen' Ditemukan Meninggal Setelah Dua Hari Hilang Karena Tsunami
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR