Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengakui sistem yang ada, tidak dapat memperingatkan tsunami sebelumnya.
Oleh karenanya mereka akan mencari alat dan memasangnya untuk mendeteksi gelombang di dekat daratan Indonesia.
"Ini (tsunami) disebabkan oleh beberapa faktor,” kata Dwikorita.
“Sensor kami tidak mendengar peringatan dini karena mereka untuk aktivitas tektonik bukan aktivitas vulkanik.”
“Itu sebabnya kami akan berkoordinasi dengan lembaga lain seperti lembaga maritim dan geologi.”
Sistem pendeteksi dini tsunami
Sebagian besar sistem pendeteksi dini tsunami menampilkan alat perekam tekanan yang dipasang di dasar laut dan pelampung di permukaan air.
Ketika tsunami melewati perekam, instrumen mendeteksi dan mencatat perubahan tekanan air.
Data itu kemudian ditransmisikan ke pelampung permukaan, yang menyampaikan pesan ke sistem deteksi tsunami yang lebih luas.
"Dalam kebanyakan kasus, tanda pertama dari potensi tsunami adalah gempa bumi," menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA).
Namun mereka mengakui bahwa jauh lebih sulit untuk memperkirakan tsunami non-seismik (tsunami yang tidak disebabkan oleh gempa bumi).
Jadi, terkadang tsunami datang tanpa peringatan.
Baca Juga : 5 Temuan Baru Tentang Bumi di Tahun 2018, Salah Satunya Benua Afrika ‘Terbelah Dua’
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR