Sampai akhirnya pada 27 Juni 2008, Fahri lahir.
Hatinya seperti memberontak saat melihat kondisi Fahri yang terlahir tidak sempurna. Belum lagi, kondisi anaknya menjadi buah bibir tetangga sekitar.
(Baca Juga: Ponsel Berisi Ratusan Foto Selfie dengan Korban Pembunuhan Ini Ternyata Milik Sepasang Kanibal!)
"Waktu di awal saya enggak menerima. Mau dia kencing atau buang air, saya biarkan saja. Saya enggak mau urus, (Fahri) menangis pun enggak mau saya hiraukan," ujar Sulastri saat berbincang dengan Kompas.com, di Kampung Akuarium, Jakarta Utara, Kamis (8/3/2018).
Seiring berjalannya waktu, hati Sulastri luluh. Sulastri mau merawat Fahri seperti merawat ketiga anaknya yang lain.
"Akhirnya saya menerima, saya dinasihati sama orang kalau (anak) itu titipan Allah, jangan disia-siakan," ujar Sulastri dengan mata berkaca-kaca.
Saat masih di dalam kandungan, Fahri terkena sebuah virus yang membuat perkembangan tubuh dan kepalanya menjadi tidak seimbang.
Kondisinya tidak jauh berubah ketika setelah lahir hingga kini.
Fahri hanya bisa tertidur di sebuah ayunan yang terbuat dari kain jarik dan dipasang di tiang.
Fahri tak bisa berbicara atau berinteraksi. Reaksi yang biasa dilakukan adalah tersenyum ketika merasa senang.
Mata yang terbuka menandakan Fahri masih ingin ditemani sang Ibunda.
(Baca Juga: Bukannya Bikin Ngeri, 'Mayat' dalam Selokan Hitam Penuh Sampah Ini Malah Bikin Orang Tertawa)
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Aulia Dian Permata |
KOMENTAR