Nasrudin terkantuk-kantuk.
(Baca juga: Karakter Seseorang Bisa Dilihat dari Bulan Kelahirannya. Coba Buktikan!)
Capingnya diturunkan sampai menutupi mata, karena cahaya matahari amat menyilaukan.
Mendadak ia merasakan keteduhan dan tak ada lagi pergerakan dari Petir.
Diangkatnya caping. Di depan berdiri tegak tebing curam. Bukit Sebelah.
Nasrudin menghela napas panjang, “Petir …, . Ini Bukit Sebelah. Tapi dusunnya ada di balik sana. Kita tak mungkin dapat mendaki tebing ‘kan Sayang? Apa kamu tak tahu kalau aku mau ke dusunnya?”
Petir diam saja. Ekornya dikibas-kibaskan.
“Oke, oke, aku tadi belum mengatakannya.”
Ia mendekatkan mulut ke telinga Petir, “Dusun Bukit Sebelah!” seolah takut Petir tidak mendengar.
Petir berputar balik, setelah sekitar sejam baru belok ke kanan.
Nasrudin meneruskan tidurnya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR