Intisari-online.com - Tuit... tuit... tuit... Tiba-tiba saja gadget canggihku berbunyi di tengah aku sedang sibuk-sibuknya.
Yang lebih menyebalkan, panggilan itu datang dari sosok yang tidak kukenal, namanya tidak tersimpan di daftar phonebook.
Tapi aku malah penasaran dan membalasanya.
Baca Juga : Kisah Gloria, Merias Jenazah Secara Gratis: 'Aku Mau Mendandani Mereka Dengan Cantik Untuk Terakhir Kalinya'
TUHAN: Kamu memanggilKu ?
AKU: Memanggilmu? Tidak.. Ini siapa ya?
TUHAN: Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN: Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.
AKU: Enggak tahu ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikit pun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN: Benar sekali. Aktivitas memberimu kesibukan. Tapi produktivitas memberimu hasil. Aktivitas memakan waktu, produktivitas membebaskan waktu.
AKU: Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghindarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN: Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.
AKU: Okay, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN: Berhentilah menganalisis hidup. Jalani saja. Analisislah yang membuatnya jadi rumit.
AKU: Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN: Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisis.
Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
Baca Juga : Ini Tips dari Dermatologis Untuk Mengobati Biduran pada Anak-anak
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR