Usus dilapisi dengan lapisan lendir yang memiliki ratusan spesies bakteri, bagian dari mikrobioma pada manusia.
Beberapa mikroba itu memiliki enzim yang berguna untuk memecah beragam serat makanan.
Kemampuan bakteri untuk membantu memecah serat makanan telah membuat para ahli bertanya-tanya, apakah mikroba yang ada di dalam buah dan sayur memberi manfaat untuk tubuh.
(Baca juga: Ini Dia, Empat Manfaat Serat Bagi Tubuh Kita)
(Baca juga: Lima Sayuran Tinggi Serat Ini Wajib Dikonsumsi Demi Pencernaan yang Sehat)
Dua studi terperinci yang belum lama ini diterbitkan di jurnal Cell Host and Microbe memberi bukti kuat, bahwa jawabannya adalah ya.
Andrew T. Gewirtz dari Georgia State University dan koleganya membagi tikus dalam dua kelompok berbeda, yakni tikus yang diet rendah lemak dan tinggi lemak.
Lewat pemeriksamaan fragmen DNA bakteri pada kotoran hewan, peneliti itu memperkirakan populasi bakteri dalam usus tikus.
Kelompok tikus rendah lemak mengalami penurunan bakteri sampai sepuluh kali lipat.
Dr. Bäckhed dan koleganya juga melakukan percobaan serupa dengan mengamati mikrobioma pada tikus, saat beralih dari makanan kaya serat ke makanan dengan serat rendah.
“Ini pada dasarnya seperti saat Anda mengonsumsi junk food, yang mengandung banyak lemak, banyak gula, dan hanya dua puluh persen protein,” kata Dr. Bäckhed.
Mereka mengamati keragaman spesies yang membentuk mikrobioma usus tikus setelah mengganti makanan ke rendah serat.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR