Lha, ini yang kurang tepat! Seharusnya ‘kan Rottannenbaum dan sparreboom. Jadi cucu-cucu tidak rancu.
Sesudah orang Eropa menjajah bangsa lain, kebiasaan memakai spar itu juga disebarluaskan ke bangsa lain di benua lain.
Kita di Indonesia ditulari kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang memakai Tannenbaum yang silver fir itu, untuk merayakan hari Natal dengan spar.
Nyanyiannya "O, Tannenbaum, o Tannenbaum, ...." Padahal yang mereka hadapi bukan Tannenbaum.
Untung, ada yang mengalihtuliskan lirik ke bahasa Indonesia sebagai: "Pohon terang, pohon terang, sangat indah warnamu."
Tidak mungkin salah, jadinya. Sebab, di Indonesia memang tidak ada Tannenbaum, apa lagi spar.
Macam-macam juga
Tapi juga sudah sejak dulu, jenis yang dipakai sebagai pohon Natal berbeda-beda.
Kalau di Libanon dipakai pohon sedar, dan di Eropa dipakai spruce yang salah kaprah mereka sebut Tannenbaum, maka di Amerika dan Kanada dipakai pohon balsam Kanada, Abies balsamea.
Di Indonesia juga bermacam-macam yang dipakai. Kebanyakan yang piramidal bentuknya.
Bagian bawahnya melebar, dan makin ke atas makin menyempit, sampai berakhir dengan pucuk yang runcing.
Jadi mirip pohon besar di alam, tapi masih mungil (karena masih muda) di dalam ruangan rumah.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR