Seperti juga meriam artileri, satu-satunya pegangan agar roket bisa akurat menghantam sasaran berasal dari koordinat target yang dipasok pasukan pegintai di garis depan.
Kelebihan dari Katyusha dibading meriam terletak pada kemampuannya menciptakan efek hantaman untuk satu area yang lebih dahsyat dalam tempo singkat.
Nama Katyusha mulai berkibar sejak zaman PD II.
Kala itu pasukan Soviet memakainya untuk mengganjal gerak maju balatentara Nazi Jerman.
Generasi pertama Katyusha muncul dengan kode BM-13 (kaliber 132 mm), varian ringan BM-8 (kaliber 82mm) dan roket berat BM-31 (kaliber 310mm).
Ciri khas dari arsenal ini yang tetap dipertahankan hingga sekarang terletak pada pengaplikasian truk sebagai platform pengangkut sekaligus peluncur.
Trik macam ini sekaligus menyulap Katyusha menjadi senjata bermobiltas tinggi.
Dalam konflik denga Israel Hizbullah mengoperasikan tiga tipe roket yang bisa diklasifikasikan sebagai Katyusha.
Masing-masing BM-21 kaliber 22 mm, MB-27 kaliber 220 mm dan Fair-3 kaliber 230 mm.
Dua tipe pertama yang disebutkan merupakan varian asli Soviet. Semetara Fajr tak lain merupakan Katyusha generasi ketiga buatan Iran.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR