Dari informasi yang sepotong-sepotong itu, bagi Carys, si pembunuh tak sekadar monster, melainkan hantu. Dan ia ingin mengatasi “hantu” itu.
Melalui seorang petugas peradilan, Carys menulis surat pertama kepada terdakwa yang sedang menjalani masa tahanannya.
“Ada banyak hal yang ingin aku katakan, tanyakan, klarifikasi, dan pahami—tapi untuk keperluan surat ini yang ingin lakukan adalah memperkenalkan diri … namaku Carys dan aku adalah putri sulung Geoffrey Cragg, orang yang kematiannya menjadi tanggung jawabmu. Aku berusia 11 tahun ketika kau datang ke rumah dan menghancurkan duniaku menjadi berkeping-keping.”
Itu adalah surat pertama dari 15 kali korespondensi selama dua tahun, dari 2011 hingga 2013, dari pantai Pasifik di British Columbia ke padang rumput di Alberta.
“Dear, Carys,”
Surat pertamanya dimulai. Ia menulis bahwa ia “terkejut dan khawatir”. Ia tidak ingin menghadapi pembalasan yang konfrontatif atau teror yang lain. Carys pun perlu mengklarifikasi maksudnya.
Ia menulis:
“Hidup kita memang bertabrakan. Bukan karena pilihanmu, tapi oleh keserakahan yang egoistis dan oleh penjahat receh yang bergantung pada obat-obatan yang masuk ke rumahmu malam itu lalu membunuh ayahmu. Secara detailnya akan segera muncul.”
Ia benar. Ada detail-detail yang membentang luas, dari waktu ke waktu, di mana ia benar-benar bertanggung jawab atas tindakannya itu. Dalam surat-surat tersebut, baik Carys maupun si pembunuh menulis tentang diri, pekerjaan, serta masa kecil mereka.
“Dari apa yang dapat aku ingat saat kecil, tidak ada cukup makanan di lemari, tapi sepertinya selalu ada cukup uang untuk membeli minuman.”
“Sungguh menakjubkan bahwa hal-hal yang aku takuti ada di luar sana, dan kalau aku benar, orang yang paling kau takuti ada di sini. Aku ingin mengubahnya; aku bisa menatap mata tiga orang yang hendak menghajarku, tapi aku tidak bisa melihat matamu secara langsung.”
Carys kemudian menanggapi:
“Aku berjanji, apa yang paling aku takuti dalam hidup bukanlah kau, tapi justru kehilangan orang yang aku cintai … jika kita nantinya bertatap muka, semoga ketakutan itu bukan emosi.”
Saling berbalas surat itu semakin intens saja. Tentang ayah Carys. Tentang kejahatan. Tentang akibatnya.
“Tak ada yang bisa aku lakukan untuk mengubah apa yang terjadi malam itu. Mudah-mudahan aku bisa mengormatinya (Dr. Geoffrey) dengan memanfaatkan apa yang aku miliki sebaik-baiknya.”
Carys membalas:
“Kau bilang bisa menghormati kehidupan ayahku … tapi aku tidak yakin kau bisa hingga kau tahu ayahku. Aku pikir sudah waktunya untuk menjelaskan sedikit tentang siapa dirinya dan akan jadi apa ia.”
Supaya lebih gampang untuk menjelaskan tentang ayahnya, Carys memutuskan untuk bertemu langsung dengan si pelaku.
Ketia ia tiba di penjara, satu-satunya yang Carys rasakan adalah apa yang ingin ia rasakan. Marah. Kecewa. Bingung. Puas. Damai. Semuanya jadi satu.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR