Intisari-Online.com—Saat seseorang memiliki pengalaman kekerasan di masa kecilnya, luka fisik mungkin sudah sembuh, namun luka emosional mungkin masih tinggal tetap.
Kemungkinan besar, seperti yang dikutip di Psychologytoday.com, penyebab utamanya adalah efek stres berlarut-larut karena pengalaman kekerasan yang dialami di masa kecil.
Anak yang pernah mengalami penyiksaan fisik maupun psikis dapat mengalami gangguan emosional atau trauma.
Luka fisik mungkin membaik dan sembuh, namun reaksi emosional terhadap trauma ini sering kali masih aktif dan kuat.
Rasa takut, ketidakpastian, kemarahan, frustasi, dan sedih ia rasakan hingga dewasa akibat ingatan akan pengalaman menyedihkan itu.
(Baca juga: Chester Bennington Bunuh Diri dan Alasan Kita Tak Boleh Menyepelekan Trauma Masa Kecil)
Dan ketika ia mencoba untuk melupakan kenangan pahit itu, ingatan kekejaman di masa lalu itu seolah terulang kembali.
Jantungnya berdebar kencang, telapak tangan mulai berkeringat, dan rasanya tubuh bereaksi tidak biasa ketika berupaya menghapus ingatan masa kecil.
Seseorang yang mengalami peristiwa traumatis di masa kecilnya biasanya sering mengalami tekanan stres yang tinggi.
Kadang-kadang ia merasa terancam dengan keadaan atau kehadiran orang lain. Sehingga ia selalu berusaha berhati-hati dan waspada.
Sayangnya, kondisi ini, jika tidak dipulihkan bisa merembet ke kondisi fisik juga. Hidup dalam kondisi stres yang aktif dapat menyebabkan penyakit di kemudian hari.
(Baca juga: Trauma Masa Kecil Memperpendek Umur)
Misalnya ia menjadi mengalami tegang otot, asma, serangan kecemasan, masalah kardiovaskular, sakit kepala, peradangan, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, mudah lelah, masalah pencernaan, dll.
Anak yang masa kecilnya mengalami kekerasan atau pelecehan itu memasuki fase stres yang mendalam.
Hal ini juga mempengaruhi kinerja otaknya untuk menghadapi kesulitan dan faktor stres lain di masa mendatang.
Karena itu, penting sekali untuk menangani kondisi ini sedini mungkin.
Seperti dengan konseling dengan ahlinya. Atau bahkan mengikuti terapi pemulihan trauma.