Seorang rohaniwan mantan muridnya memberikan kesaksian, dirinya pernah mendambakan mendapatkan hukuman dari sang kepala sekolah, karena dia pernah mengalami, ketika dirinya dihukum, bisa merasakan relasi yang menumbuhkembangkan dirinya.
Publik juga memberikan kesaksian, almarhum selalu tampil sebagai, manusia yang berdisiplin tinggi dan konsekuen menegakkan peraturan.
Itu semua bisa dilaksanakan dengan baik, karena dia sendiri lebih dulu mengejawantahkan perikehidupan yang bisa dipercaya, taat aturan, konsekuen dan konsisten dalam kebaikan serta kebenaran.
Beberapa mantan muridnya mengaku, sekarang sulit menemukan manusia yang berdisiplin tinggi sekaligus mengejawantahkan teladan nyata hidup yang konsekuen dan konsisten dalam kebaikan serta kebenaran.
Sebaliknya, kini terlalu banyak orang yang hanya berbicara tentang kebaikan dan kebenaran, namun bukan pengejawantah kebaikan dan kebenaran.
Seorang siswi memberikan kesaksian, almarhum adalah seorang pemimpin yang tegas. Diakui, para murid sekolah yang semuanya remaja dan insan muda itu amat memerlukan figur pemimpin yang tegas.
Namun, kata siswi itu, almarhum kian disegani dan dicintai justru karena di samping ketegasannya, ia selalu siap berdialog dengan siapa pun. Satu lagi, beliau tak pernah menghukum muridnya dengan menyakiti hatinya.
Siswi yang juga sering dihukum itu mengakui, dirinya tidak pernah sakit hati. Bahkan kini dia menghayati cinta kasih almarhum yang telah mendidik dirinya dengan baik.
Mudah-mudahan ini semua bisa memberikan inspirasi untuk penggalangan relasi antarinsan yang baik dan benar.
Beberapa pilar relasi itu adalah perhatian dan kepedulian kemanusiaan yang tinggi; disiplin yang konsekuen dan konsisten dalam kebaikan dan kebenaran; keteladanan hidup yang baik; dialog; serta tindakan korektif tanpa menyakiti hati.
(Ditulis oleh Limas Sutanto, SpKJ. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2002)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR