Padahal tindakan kooperatif itu hanya merupakan taktik tipu daya untuk memperoleh logistik dan amunisi dari Belanda.
Begitu semua perlengkapan diperoleh termasuk gelar Johan Pahlawan, Teuku Umar dan pengikutnya kembali bergabung dengan pasukaan Cut Nyak Dien.
Cita-cita Teuku Umar sejak remaja sendiri adalah mengusir penjajah Belanda yang telah merugikan rakyat Aceh.
Oleh karena itu ia sama sekali tidak mungkin melakukan kerjasama terhadap Belanda.
Akibat tipu daya Teuku Umar, Gubernur Belanda di Aceh, Mayor Jenderal C. Deijkerkhof dicopot dari jabatannya.
Walaupun Teuku Umar tak memperoleh pendidikan sekolah seperti pemimpin-pemimpin lainnya tapi ia mampu tampil sebagai pemimpin pejuang yag mahir, disiplin, dan sekaligus memiliki semangat tempur tinggi.
Ia pintar mengatur strategi peperangan mulai dari perang gerilya, perang frontal, dan melancarkan tipu daya.
Ketika suami Cut Nyak Dien, Teuku Ibrahim gugur. Teuku Umar datang dalam acara penguburan.
Dalam kesempatan itu ia berkenalan dengan Cut Nyak Dien yang kemudian menjadi istrinya.
Karena memiliki cita-cita yang sama, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien lalu menjadi pasangan pemimpin yang tangguh.
Setelah memimpin sejumlah pertempuran yang menimbulkan kerugian besar bagi pihak Belanda, secara perlahan kekuatan pasukan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien melemah.
Belanda yang terus melancarkan tipu daya dan politik pecah belah akhirnya membuat Cut Nyak Dien dan Teuku Umar makin terdesak.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR