Advertorial

Tak Seorang pun Tahu Penjual Mainan Ini Ternyata Seorang Pahlawan Perang, Anaknya pun Tak Percaya

Ade Sulaeman

Editor

Tak seorang pun di kampungnya mengenal pria ini sebagai bekas pejuang. Bahkan anak laki-lakinya yang bungsu, tidak percaya sang ayah dulu pernah ikut menghajar serdadu-serdadu Inggris.
Tak seorang pun di kampungnya mengenal pria ini sebagai bekas pejuang. Bahkan anak laki-lakinya yang bungsu, tidak percaya sang ayah dulu pernah ikut menghajar serdadu-serdadu Inggris.

Intisari-Online.com –

Pertemuan dengan Koman­dan Maret 1946

Sukabumi baru saja ditelan senja ketika Kapten Odi Dasuki (salah satu komandan kompi dari Yon II yang ada di bawah Resimen III TRI Sukabumi pimpinan Letnan Kolonel Eddie Soekardi) mengatur posisi pasukannya, di sisi kanan jalan raya Cipelang.

Sementara itu di bukit seberang jalan, Mayor Harry Soekardi dan pasukannya sudah bersiap dalam posisi tempur. Suasana tegang semakin mencekam.

(Baca juga: Mulai dari Pattimura Hingga Tan Malaka, Inilah para Pahlawan Tanpa Makam di Indonesia)

Beberapa menit kemudian, dari arah Bogor terdengar suara gemertak roda-roda tank Sherman.

Semakin dekat suara gemuruh, semakin jelas terlihat ratusan serdadu Inggris dari Batalion Patiala (sebagian besar anggotanya berasal dari suku Patiala di India) pimpinan Letnan Kolonel Bikram Dev Sing Gill bergerak perla­han-lahan.

“Kekuatannya sekitar dua kompi,” kenang Kapten Odi.

Kapten Odi menarik napas. Jan­tungnya berdegup kencang, saat tank Sherman pertama melewati talang air yang menjadi penghubung kedua bukit tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara tembakan pistol menyalak, tanda penghadangan dimulai.

“Tembaaak!” teriak komandan batalion II Mayor Harry.

Teriakan Mayor Harry, disambung dengan rentetan senjata dari kiri dan kanan jalan.

Seolah tak puas bertahan di bukit-bukit, sebagian kecil pasukan Kapten Madsachri dan Kapten Odi langsung menyerang iring-iringan konvoi pasukan Patiala.

(Baca juga: John Lie, Salah Satu Pahlawan Nasional Keturunan Tionghoa)

Beberapa di antara mereka bahkan ada yang terlibat perkelahian satu lawan satu dengan bayonet.

“Allahu Akbar!!!”

“Aduh, urang kena euy!” teriak se­orang prajurit Yon II yang tubuhnya terkena tembakan.

Kapten Odi terus menembakkan senjatanya. Lelaki bertubuh kecil itu merunduk ke tanah saat sebutir peluru melewati kepalanya.

Seorang anak buahnya yang berada di samping kiri sekonyong-konyong melemparkan granat dan menghantam sebuah tank Sherman hingga terseok-seok dan terperosok masuk lubang jebakan.

Sukabumi 1997

Letnan Kolonel Purnawirawan Eddie Soekardi menghela napas panjang begitu memasuki sebuah rumah kecil sederhana berpagar bambu.

Di depannya, Kapten Purnawirawan Madsachri (bekas anak buahnya yang terlibat dalam Pertempuran Cipelang) melangkah ke arah pintu.

Begitu tahu siapa yang datang, sang lelaki tua langsung mengenalnya.

(Baca juga: Picu Pemusnahan 20 Juta Masyarakat Pribumi Amerika, Columbus Tak Layak Disebut Pahlawan?)

Ia menyalami Kapten Madsachri dan menepuk-nepuk pundaknya dalam sikap gembira selaiknya seseorang bertemu kawan lama.

“Di, masih kenal bapak ini?” ujar Madsachri sambil menunjuk Eddie Soekardi.

Lelaki tua itu memicingkan kedua matanya. Ditatapnya wajah Eddie dalam-dalam sambil berpikir keras untuk mengingat.

Namun sekeras apa pun, ia tak jua bisa mengingat lelaki sepuh di hadapannya. Ditatap demikian, Eddie tersenyum.

Sambil tersenyum dan membuka pici hitamnya. Eddie lantas berkata: “Saya Eddie Soekardi, Di...”.

(Baca juga: Perkenalkan, Inilah 4 Pahlawan Baru Indonesia yang Baru Saja Ditetapkan Presiden Jokowi)

Bandung, akhir April 2014

Letnan Kolonel Purnawirawan Eddie Soekardi terbaring lemah di atas kasur berwarna putih.

Lelaki kelahiran Sukabumi, 98 tahun lalu itu menghela napas ketika usai mengisahkan pertemuan dengan bekas anak buahnya, Kapten Odi Dasuki, 17 tahun lalu itu kepada saya.

“ Odi katanya sudah meninggal sekarang. Kasihan, ia hidup susah menjelang tuanya…” ujar Eddie.

Ya, Odi Dasuki, salah satu petarung Resimen III TRI Sukabumi sekarang sudah lama pergi.

Saya ingat 12 tahun lalu, di depan gedung SD tempat dia berdagang mainan anak- anak, saya pernah menjabat tangannya yang masih terasa kuat.

Tak seorang pun di kampungnya mengenal Odi sebagai bekas pejuang.

Bahkan anak laki-lakinya yang bungsu, tidak percaya sang ayah dulu pernah ikut menghajar serdadu-serdadu Inggris.

Seorang pahlawan sejati tentunya tak ingin namanya dikenang.

(Hendijo di Jakarta)

Artikel Terkait