Pasukan Inggris sangat terkejut mendapat serangan frontal dari semua arah itu dan berusaha melawan secara maksimal.
Sebagai pasukan elit yang di antaranya ada personel yang memiliki pengalaman tempur selama puluhan, taktik gempuran Taliban dianggap lain dari yang lain.
Mereka menggempur secara terus menerus dari segala arah dan tetap bertempur secara gigih meskipun teman-temannya telah berjatuhan.
Tapi sebagai pasukan elit yang terlatih baik, pasukan Easy Company tetap menunjukkan perlawanan yang tangguh.
Karena pada dasarnya pelatihan tempur komando yang mereka dapatkan memang disiapkan untuk menghadapi kondisi terjepit seperti itu.
Karena tanpa ada bantuan sama sekali dari markas pasukan Inggris di Camp Bastion, personel Easy Company kemudian mengubah taktik tempur menggunakan mortir.
Gempuran mortir itu dipercayakan kepada tim mortir dari Royal Irish Regiment yang dipimpin oleh Kopral Danny Groves.
Berkat gempuran mortir yang terarah dan akurat, pasukan Taliban akhirnya ternyata bisa terpukul mundur dan mengubah tatktik serbuannya.
Dari jarak yang cukup jauh dari benteng Musa Qala para pejuang Taliban kemudian melancarkan serangan menggunakan mortir dan roket serta menurunkan para penembak jitunya (sniper).
Taktik baru serangan Taliban segera menimbulkan korban. Kopral Jon Hetherington personel dari Parachute Regiment yang berumur 22 tahun, tewas dihantam peluru sniper ketika sedang berada di pos pengamatan yang posisi berada di atas atap benteng.
Tembakan sniper begitu akurat karena peluru bisa menembus celah terbuka antara tengkuk dan rompi antipelurunya.
Gugurnya Kopral Jon yang berlangsung pada 27 Agustus itu tidak membuat pasukan Easy Company turun semangat mereka kembali bertempur secara gigih.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR