Banyak kebiasaan bangsa Celt yang masih terus hidup bahkan berbaur dengan kebiasaan dalam agama Nasrani - setelah agama ini mereka anut.
Sepanjang tahun 800-an gereja menetapkan perayaan yang dikenal sebagai All Saints' Day pada setiap tanggal 1 November.
Malam menjelang hari itu disebut All Hallow e'en, yang artinya holy evening. Terakhir kemudian istilah itu menjadi Halloween.
Lentera si Jack
Pesta Halloween hingga kini masih diselenggarakan, baik di negeri asalnya Eropa maupun di Kanada atau AS.
Tentu saja dengan berbagai modifikasinya masing-masing. Dulu orang Inggris atau Irlandia mengukir bit, kentang, dan lobak, untuk lentera.
Tapi setelah kebiasaan ini masuk ke Amerika, yang dipakai labu kuning. Buah labu ini dilubangi sehingga berbentuk wajah hantu bertampang lucu.
Di dalamnya ditaruh lilin atau sumber penerangan lain.
Labu yang bak kepala dengan sumber penerangan di dalamnya ini, lalu disebut Jack O' Lantern (Lentera si Jack).
Dinamai demikian karena ada kaitannya dengan legenda dari Irlandia. Menurut kisahnya, seseorang bemama Jack ditolak masuk surga karena ia orang kikir semasa hidupnya.
Celakanya, pintu neraka pun tertutup baginya karena ia memperdayai setan.
Akibatnya, (arwah) si Jack yang malang ini terpaksa gentayangah melanglang bumi sembari menenteng lenteranya sampai kiamat.
Meski terus dirayakan, pesta Halloween masa kini tidak lagi dimaksudkan seperti tujuan semula, tetapi sudah berubah menjadi sekadar hiburan.
Di Amerika, misalnya, pada pesta Halloween orang membuat api unggun, berpakaian aneh-aneh dan seram-seram, makan buah apel dan kacang, dan menggelar cerita-cerita hantu.
Sementara itu anak-anak melakukan trick or treat, berkeliling dari rumah ke rumah - macam anak-anak di negeri kita di hari Lebaran – sembari mengetuk pintu meminta permen, buah-buahan, berondong jagung (popcorn), kue-kue, uang receh, dll.
Namun di antara anak-anak itu ada yang melakukan trick or treat demi UNICEF (badan PBB yang menangani dana bagi kepentingan anak-anak).
Uang yang terkumpul diserahkan ke lembaga tersebut, untuk kemudian disalurkan bagi anak-anak miskin di seluruh dunia dalam bentuk makanan, perawatan kesehatan, atau layanan lain.
Sebagian orang kini menyelenggarakannya bukan lagi di halaman rumah, namun di dalam gedung sembari menggelar musik dan berajojing.
(Ditulis oleh Dedes Erlina & HK. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1994)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR