Samhain yang diselenggarakan pada akhir musim panas (summer) itu, selain untuk merayakan pesta tahun baru mereka yang jatuh pada 1 November, juga ditujukan bagi Dewa Matahari sekaligus Dewa Kematian mereka.
Bagi Dewa Matahari, upacara yang dipimpin Druid (pendeta sekaligus guru orang Celt) itu sebagai ungkapan rasa terima kasih karena panen telah berhasil menyediakan cadangan pangan selama musim dingin (winter) yang segera tiba.
Bangsa Celt percaya, Samhain (Dewa Kematian) membiarkan arwah orang yang sudah meninggal turun ke bumi pada malam itu.
Untuk itu Druid meminta orang-orang mengeluarkan perapian mereka.
Sang pendeta lalu membuat api unggun besar dengan ranting-ranting kayu oak yang dianggap suci untuk membakar persembahan berupa hewan kurban dan hasil bumi.
Lalu setiap keluarga menyalakan perapiannya masing-masing dengan api yang diambil dari api unggun.
Sepanjang upacara mereka mengenakan kostum seram-seram dan aneh-aneh berupa kepala binatang dan kulitnya.
Di situlah mereka membincangkan nasib atau peruntungan mereka di tahun mendatang.
Tradisi bangsa Celt itu lalu berbaur dengan dua kebiasaan bangsa Romawi yang menundukkannya pada tahun 43 SM dan menguasai Inggris Raya selama 400 tahun lamanya.
Salah satunya adalah Feralia yang dilangsungkan pada akhir Oktober untuk menghormati arwah mereka yang sudah meninggal.
Satunya lagi adalah pesta untuk menghormati Pamona, dewi buah-buahan dan tanaman.
Barangkali hadirnya apel dan kacang-kacangan pada pesta Halloween berkaitan dengan pesta ini.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR